Peralatan Batu Manusia Purba ditemukan di Sulawesi

By , Senin, 18 Januari 2016 | 14:00 WIB

Peralatan batu yang ditemukan di Pulau Sulawesi, Indonesia dibuat setidaknya 60.000 tahun lebih awal daripada kedatangan manusia modern ke daerah tersebut. Para peneliti belum yakin siapa pembuatnya.

Penemuan artefak itu diumumkan Rabu lalu di jurnal Nature. Kemungkinan besar, peralatan batu tersebut berusia antara 118.000 dan 194.000 tahun, beberapa di antaranya bahkan lebih tua.

Serpihan batu tajam digali dari lembah sungai kuno di barat daya Sulawesi, dekat daerah yang kini merupakan Desa Talepu. Beberapa alat batu tersebut bahkan menunjukkan tanda-tanda telah dipalu hingga menjadi bentuk.

Tapi bukti terbaik saat ini menunjukkan bahwa Homo sapiens modern tidak tiba di pulau-pulau tetangga sampai sekitar 50.000 tahun yang lalu, ya, setelah pembuat alat misterius meninggalkan benda-benda mereka. Penemuan selanjutnya mengindikasikan bahwa beberapa pendahulu manusia modern lebih berhasil melintasi jaringan Pulau Pasifik selatan dari yang diyakini sebelumnya.

“Penemuan ini menetapkan secara pasti bahwa manusia purba tinggal di Sulawesi. Benar-benar penemuan yang menarik,” ujar ahli paleoantrologi, Russell Ciochon dari University of Iowa, yang tidak terlibat dengan penelitian ini.!break!

Gerrit van den Bergh dari University of Wollongong Australia, penulis utama penelitian ini mengatakan bahwa peralatan batu tersebut mungkin dibuat oleh Homo erectus, hominin kuno yang hidup di kepulauan terdekat mulai setidaknya 1,5 juta tahun lalu. Mungkin juga pembuat alat batu ini merupakan kerabat manusia “hobbit” Homo floresiensis, hominin yang ditemukan di Flores, di selatan Sulawesi, antara 18.000 dan 95.000 tahun lalu.

Perbandingan tengkorak orang kerdil dari Flores (Homo floresiensis) (kiri) dengan Homo sapiens. Dalam hal ukuran, tengkorak Homo floresiensis sebesar tengkorak anak usia tiga tahun pada manusia modern.. (Peter Brown/Nature/National Geographic News)

Akan tetapi, tim tidak dapat mengatakan dengan pasti siapakah manusia purba yang membuat alat batu tersebut. Serpihan batu yang dibuat dari batu pecahan batu sungai, tidak memiliki ciri khusus yang merujuk pada pembuat perkakas tertentu. Selama lebih dari tiga juga tahun, banyak spesies manusia purba membuat alat menggunakan metode yang sama sederhananya.

Homo erectus dan Homo floresiensis menggunakan peralatan dengan berbagai ukuran, sehingga mustahil untuk menggunakan dimensi peralatan untuk menentukan pemilik peralatan tersebut.

“Hominin kecil dengan tangan kecil mungkin masih menggunakan peralatan yang lebih besar, dan sebaliknya,” kata Adam Brumm dari Griffith University di Australia, penulis kedua penelitian dan ahli alat Homo floresiensis.

Datang awal, pergi juga awal

Penemuan ini menegaskan bahwa manusia purba bergerak secara mengejutkan, berkembang biak di Pasifik Selatan jauh sebelum kedatangan pelaut manusia modern. Fakta ini sebelumnya telah dikemukakan oleh arkeolog Michael Morwood, dari University of New England, rekan penemu Homo floresiensis dan penulis senior studi tersebut.!break!

Sebelum penelitian Morwoon dan lainnya, para ilmuwan beranggapan bahwa manusia purba tidak bisa menyeberangi arus laut yang amat kuat antara Flores dan pulau-pulau di barat tanpa perahu, mencegah habitasi pulau hingga kedatangan Homo sapiens antara 40.000-50.000 tahun lalu.

Penemuan di Flores jelas menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup selama ratusan ribu tahun di pulau tersebut, mungkin keturunan individu Homo erectus yang hanyut ke timur bersama puing-puing tsunami. Beberapa peralatan batu Flores bahkan berumur lebih dari satu juta tahun.