Jika Gletser Mencair 2100, Ada Habitat Luas Baru untuk Salmon

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 10 Desember 2021 | 12:00 WIB
Ikan Salmon bertelur dan lahir di kawasan air tawar dan bermigrasi ke air asin. Perubahan iklim dapat menurungkan gletser yang memicu kawasan habitat baru salmon yang luasnya bahkan seperti jarak perjalanan darat dari Banda Aceh ke Surabaya. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Apa yang akan terjadi bila gletser mencair akibat pemanasan global? Salah satunya, dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan Selasa (07/12/21) kemarin di Nature Communications mengungkap potensi habitat baru ikan salmon di pegunungan sekitar Pasifik pada tahun 2100.

Glester yang dimaksud adalah yang berada di pegunungan Amerika Utara di bagian barat, antaranya seperti Alaska, Amerika Serikat, dan British Columbia, Kanada.

Lewat makalah itu, para peneliti memodelkan pencairan gletser di bawah skenario perubahan iklim dengan cara berbeda dan beragam. Tujuannya, agar dapat melihat berapa banyak habitat salmon potensial yang terbentuk ketika batuan dasar gletser terbuka, dan aliran baru mengalir di atasnya.

Pada skenario iklim sedang, gletser di hulu sungai diperkirakan akan membuat sekitar 6.150 kilometer potensi habitat salmon baru di seluruh pegunungan dekat samudera Pasifik pada 2100. Angka ini hampir sama dengan panjang Sungai Mississippi (6.275 kilometer), atau dalam konteks Indonesia, kurang dari jarak perjalanan darat dari Banda Aceh hingga ke Surabaya (6.522 kilometer).

"Kami memperkirakan bahwa sebagian besar habitat salmon yang muncul akan terjadi di Alaska dan wilayah lintas batas, di perbatasan British Columbia-Alaska, di mana gletser pesisir yang besar masih ada," ungkap penulis utama studi Kara Pitman dari Earth to Ocean Research Group, Simon Fraser University, Kanada.

Dia menambahkan, pada 2100 sub-wilayah Teluk Alaksa diperkirakan akan mengalami peningkatan terbesar bagi habitat salmon. Pertumbuhan itu bisa meningkat sebesar 27 persen, dan akan dikoloni oleh salmon dengan cepat begitu kondisi di sungai yang baru terbentuk stabil.

Salmon adalah ikan yang lahir dan bertelur di sungai, kemudian bermigrasi hingga ke laut (air asin) hingga kembali lagi ke lingkungan air tawar.

Kondisi yang bisa dihidupi oleh salmon, menurut para peneliti, adalah kawasan sungai dengan kemiringan rendah yang dapat diakses ke laut dengan mudah, ketika gletser mencair di hulunya. Diperkirakan ada 315 gletser yang sekitarannya memiliki kondisi demikian.

Baca Juga: Ingin Ramah Lingkungan, Ilmuwan Tiongkok Ciptakan Plastik dari Sperma

"Adalah kesalahpahaman umum bahwa semua salmon kembali ke sungai tempat mereka dilahirkan," kata Pitman di Eurekalert. "Sebagian besar melakukannya, tetapi beberapa individu akan tersesat—bermigrasi ke aliran baru untuk bertelur dan, jika kondisinya mendukung, populasinya dapat meningkat dengan cepat."

Ia memberi contoh salah satu kasus persebaran salmon. Stonefly Creek di Clacier Bay, Alaska, Amerika Serikat, pada 1970-an mengalami kemunduran gletser yang signifikan untuk memunculkan kawasan pemijahan ikan salmon di aliran baru. Dalam 10 tahun, kawasan itu dikoloni oleh salmon merah muda dan bertumbuh pesat hingga menyentuh 5.000 titik pemijahan.

Meski perubahan iklim ini tampaknya membuat tempat salmon lebih banyak dari sekarang, tapi tetap saja menjadi tantangan besar mereka. Tantangan itu adalah sinar matahari yang dapat merugikan salmon di beberapa lokasi.

Baca Juga: Jumlahnya Makin Berkurang, Komunitas Ini Ciptakan Gletser Buatan

Gletser yang mencair di kawasan Amerika Utara bagian barat, berpotensi menciptakan habitat baru salmon Pasifik. (National Geographic)

"DI satu sisi, jumlah habitat salmon baru ini akan memberikan peluang lokal bagi beberapa populasi salmon," terang Pitman.

"Di sisi lain, perubahan iklim dan dampak manusia lainnya terus mengancam keberlangsungan hidup salmon—lewat pemanasa sungai, perubahan aliran sugnai, dan kondisi laut yang buruk."

Dalam laporan Pitman dan tim menulis, mencairnya gletser secara cepat hanyalah salah satu konsekuensi dari perubahan iklim antropogenik.

Sementara ada efek nyata pada populasi salmon pasifik yang berantung pada interaksi dan dorongan iklim lainnya. Semua itu  bisa menurunkan luas penyebaran salmon seperti, kenaikan permukaan laut, terganggunya habitat pesisir, suhu udara yang memanas, dan banjir ekstrem atau kekeringan.

"Kita tidak bisa hanya melindungi habitat spesies saat ini tetapi perlu mempertimbangkan habitat apa yang mungkin mereka andalkan di masa depan," tambahnya. 

Baca Juga: Cacing Es Berkembang dan Tinggal di Gletser, Ilmuwan: Ini Paradoks