Penemuan Kerangka Pria Korban Penyaliban di Fenstanton, Inggris

By Maria Gabrielle, Jumat, 10 Desember 2021 | 17:00 WIB
Penampakan paku di bagian belakang kaki kanan korban. (Albion Archaeology)

Nationalgeographic.co.id—Penyaliban menjadi salah satu jenis hukuman mati yang pernah diterapkan di Kekaisaran Romawi. Baru-baru ini, para ahli mendapatkan bukti arkeologis bahwa hukuman salib dipraktekkan di Britania Romawi.

Ditemukan kerangka seorang pria di pemakaman zaman Romawi desa, Fenstanton, Cambridgeshire, Inggris lengkap dengan paku di bagian belakang kaki kanannya. Dilansir dari Independent, diduga kuat pria ini merupakan pekerja kasar atau budak yang kemungkinan besar disalibkan karena sihir, hasutan, pembangkangan sosial yang serius atau pelanggaran berat lainnya.

Berusia akhir 20-an atau awal 30-an, pria ini mungkin seorang pekerja atau budak di kompleks industri lokal. Mungkin terlibat dalam pembuatan lilin, kosmetik dan sabun. Ini merupakan kali kedua penemuan korban penyaliban Romawi, yang pertama ditemukan di Israel pada tahun 1968.

Kerangka itu ditemukan bersama dengan tulang belulang dari 43 individu lainnya yang terkubur di lima kuburan Romawi kecil di Fenstanton. Korban penyaliban mengalami patah tulang, kehilangan 75 persen gigi belakang selama hidupnya yang singkat. Selain itu memiliki dua abses gigi yang menyakitkan dan menderita radang sendi degeneratif di punggung.

Berdasarkan pemeriksaan tulang-tulangnya diketahui bahwa ia mengalami masalah dengan otoritas Romawi beberapa waktu sebelum penyalibannya. Bukti dari pergelangan kaki kiri, kaki bagian bawah dan tulang kering kanannya menungkapkan bahwa ia telah mengalami pertumbuhan tulang yang tidak normal. Mungkin disebabkan oleh ikatan tali/belenggu logam atau kakinya menempel pada dinding/struktur lain. Oleh karena itu, kemungkinan besar dia telah dipenjara selama beberapa waktu.

Tidak diketahui secara pasti di mana dia disalibkan, tetapi mungkin relatif dekat. Bukti dari kuburnya menunjukkan bahwa jasadnya mungkin dibiarkan tergantung di kayu salib selama beberapa waktu sebelum akhirnya dikuburkan. Tampaknya pria ini dikebumikan di atas usungan darurat bukan di peti mati atau kain kafan.

Mereka yang dieksekusi dengan cara ini secara rutin dibiarkan membusuk di salib mereka, sehingga benda menyerupai tandu diperlukan untuk membawa mayatnya yang membusuk dari tempat penyaliban ke tempat peristirahatan terkahir.

Individu lain yang dikebumikan di atas tandu jenazah adalah orang dikuburkan tepat di sebelahnya. Mungkin dapat dibayangkan individu kedua adalah seorang wanita berusia akhir 30-an atau 40-an telah disalibkan, namun tidak dipaku melainkan diikat dengan tali. Kedua metode ini memang digunakan oleh orang Romawi.

Baca Juga: Ruangan Para Budak Romawi Ditemukan di Pompeii, Kondisinya Luar Biasa

Temuan kerangka pria korban penyaliban di Inggris. (Albion Archaeology)

Pria yang disalibkan di Fenstanton hanya kaki kanannya yang dipaku di kayu salib. Paku dipalu secara horizontal melalui bagian belakang pergelangan kaki dan tumitnya. Hanya 1-2 sentimeter paku yang benar-benar menembus kayu salib.

“Ini adalah penemuan yang luar biasa penting, karena ini penemuan kedua dari korban penyaliban dari Zaman Romawi. Satu-satunya contoh tulang tumit era lainnya dengan paku penyaliban menembusnya adalah kerangka individu abad pertama yang ditemukan di Yerusalem sekitar 50 tahun yang lalu,” ujar Prof. John Granger Cook dari LaGrange College kepada Independent.

“Penemuan baru di Inggris kemungkinan akan memberikan titik terang baru yang penting tentang penggunaan penyaliban di Kekaisaran Romawi,” lanjutnya.

Berbeda dengan persepsi yang beredar, penyaliban relatif jarang terjadi sebagai metode eksekusi. Profesor John Granger Cook memperkirakan bahwa antara sekitar 200 SM dan penghapusan penyaliban yang sesungguhnya pada 337 M, antara 100.000 dan 150.000 orang disalibkan di wilayah yang dikuasai Romawi. Ini berarti rata-rata kurang dari 200 orang disalibkan per tahun di wilayah-wilayah kekuasaan Romawi, sekitar 70 juta orang.

Sebagian besar hukuman mati dilakukan dengan cara lain, seperti pukulan pedang mematikan, pemenggalan kepala, pembakaran, dan melemparkan orang ke hewan yang mematikan. Karena penyaliban relatif jarang dan digunakan untuk kejahatan yang sangat serius serta mengancam secara sosial atau pada saat pemberontakan sosial, studi tentang korban Fenstanton, pemakamannya dan sekitarnya dapat memberikan cahaya baru yang signifikan tentang potensi keadaan politik atau sosial di sekitar eksekusinya.

Baca Juga: Pertama Kalinya Kamp Perang Tentara Salib Ditemukan di Tanah Suci