Jumat, 17 Agustus 1945, menjadi hari yang istimewa untuk Mohammad Hatta. Pagi itu, Hatta didaulat mendampingi Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Indonesia merdeka. Kata itu memiliki makna mendalam bagi Hatta. Pria yang saat itu berusia 43 tahun tersebut memang telah menghabiskan lebih dari separuh usianya untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Bahkan, Hatta bersumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Karena itu, sejak 17 Agustus itu, sumpah Hatta pun dinyatakan berakhir.
Baca juga: Kode Rahasia ala Ratu Elizabeth II Melibatkan Tas
Soekarno jadi comblang
Sebagai dwitunggal kemerdekaan Indonesia, Soekarno memahami Hatta, termasuk sumpahnya untuk tidak menikah sebelum Indonesia merdeka.
Karena itu, ketika kemerdekaan telah digapai, Soekarno pun mencari pasangan yang ideal untuk Hatta. Soekarno tidak ingin sahabatnya itu menjalani hidupnya sendirian.
Mengutip Hatta, Hikayat Cinta dan Kemerdekaan (2010), Soekarno lalu menemui sahabatnya, Abdul Rachim dan Annie Rachim. Soekarno bermaksud meminang putri mereka, Rahmi Rachim, untuk Hatta.
Saat itu, pasangan Rachim tampak ragu, mengingat perbedaan usia yang jauh. Hatta berusia 43 tahun, sedangkan Rahmi 19 tahun. Namun, Rahmi diberi kesempatan memilih.
Kepada Rahmi, Soekarno meninggalkan pesan:
"Aku mengenal Hatta sebagai sahabat dan seorang pemimpin yang baik. Ia benar-benar orang yang sangat baik. Engkau tidak akan menyesalinya," tutur Soekarno.
Setelah diberi waktu untuk berpikir, Rahmi pun setuju untuk menikahi Hatta. Sosok Hatta yang memegang teguh prinsip memikat hati gadis yang akrab disapa Yuke itu.
"Ia sangat mencintai Indonesia sehingga berjanji tak hendak beristri sebelum Indonesia merdeka. Itulah janjinya dan ia memenuhinya," tutur Rahmi.!break!
Tidak tiba-tiba
Upaya mencomblangi Hatta dengan Rahmi tentu tidak tiba-tiba. Hatta pernah bertemu Rahmi dua tahun sebelumnya.
Ketika itu dia melihat Rahmi dalam sebuah jamuan makan malam di rumah Sartono, yang juga tokoh pergerakan, di Jatinegara, Jakarta.
Sartono mengundang sejumlah orang untuk menghadiri kepulangan Soekarno dari Bengkulu yang menjadi tempat pembuangannya. Hatta melihat Rahmi yang hadir bersama adiknya, Raharty dan kedua orangtuanya.
Karena itu saat Soekarno kembali bertanya kepada Hatta mengenai gadis yang diidamkannya, Hatta menyinggung Rahmi, gadis yang dilihatnya dalam jamuan makan malam itu.
Dikutip dari Historia, versi menarik lain diungkap Mavis Rose dalam buku Indonesia Free: A Political Biography of Mohammad Hatta (1991). Mavis menulis bahwa Hatta sebelumnya telah memiliki perasaan kepada Annie, ibu dari Rahmi.
Namun, karena Hatta tetap setia kepada sumpahnya mengenai pernikahan, hingga kemudian Annie menikah dengan Abdul Rachim.
Mavis Rose tidak bisa menilai apakah Rahmi menyimpan sosok yang dikagumi Hatta dalam diri Annie.
"Apakah Hatta melihat sifat Rahmi Rachim yang sebelumnya begitu dia kagumi pada diri ibunya, dia tidak menyebutkan," tulis Mavis, dikutip dari Historia.
"Bahkan, dalam memoar Hatta, pernikahannya hanya ditandai dengan sebuah foto pasangan pengantin," lanjut Mavis.
Tetapi Halida Hatta, salah satu putri Hatta, menganggap Mavis Rose salah menilai Hatta. Menurut Halida, Annie bertemu Hatta pertama kali pada 1945 saat Soekarno datang melamar Rahmi untuk Hatta.
"Karena Bung Hatta dan nenek saya (mertua Hatta) beda usia cuma sembilan hari, maka keluarlah cerita seperti itu," kata Halida, seperti dikutip dari Historia.
Maskawin buku
Setelah mendapat persetujuan Rahmi, pernikahan pun dipersiapkan. Namun, masih saja ada sedikit rintangan.
Belanda rupanya tidak rela dengan kemerdekaan Indonesia. Dengan membonceng tentara Sekutu, pasukan Belanda kembali tiba dan mendarat di Surabaya.
Pertempuran hebat pun meletus di Surabaya pada 10 November 1945. Sebagai wakil presiden, Hatta tentu disibukkan dengan sejumlah upaya diplomasi.
Meski begitu, kondisi itu tidak menggagalkan rencana pernikahan Hatta dengan Rahmi. Hingga akhirnya pada 18 November 1945, sebuah pesta pernikahan digelar di Megamendung, Bogor.
Baca juga: Kisah Janda-janda di India yang Ditelantarkan dan Dianggap Sebagai Nasib Buruk
Hatta menikahi Rahmi dengan maskawin istimewa, buku buah pikiran Hatta yang berjudul Alam Pikiran Yunani. Buku itu merupakan gambaran ideal Hatta tentang negara dan demokrasi.