Mengenang sosok Mohammad Hatta adalah mengenang sosok yang dikenal serius sepanjang hidupnya.
Kacamata yang melekat di wajah seperti menjadi simbol sifat serius dan ketekunan yang ada pada pria yang bernama lahir Mohammad Athar itu.
Sosok serius itu pula yang menjadikan kisah cinta Hatta terkesan datar. Ini tentu jika dibandingkan dengan rekan perjuangannya dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Soekarno.
Tubuhnya kurus, kecil. Namun, di balik tubuh kurus itu, tersimpan kecintaan yang sangat besar terhadap Tanah Air. Kecintaan ini tidak luntur saat Hatta menjalani masa kuliah di Belanda sejak 1921 hingga 1932.
Cinta terhadap Tanah Air yang membuat Hatta begitu tekun dalam belajar. Hatta sepertinya paham bahwa dia berada di Belanda sebagai bagian dari perjuangan untuk memerdekakan negeri kelahirannya.
Teman-teman kuliahnya juga mengenal Hatta sebagai orang yang lebih tertarik kepada buku ketimbang perempuan.
Majalah Tempo dalam Hatta, Jejak yang Melampaui Zaman (2010), mengisahkan saat teman-teman Hatta yang penasaran berusaha "menjebak" Hatta dengan perempuan.
Sebuah kencan romantis pun diatur untuk mempertemukan Hatta dengan seorang gadis Polandia. Tentu bukan gadis biasa sebab gadis itu dikenal "menggetarkan lelaki mana pun".
Gadis Polandia itu kemudian menggoda Hatta dengan segala cara, sesuai permintaan teman-teman Hatta. Namun, Hatta muda bergeming.
Akhirnya, malam romantis di kafe itu hanya dilalui mereka berdua dengan makan malam. Setelah itu, keduanya berpisah.
Saat ditanya kenapa rayuannya gagal memikat Hatta, gadis itu hanya menjawab, "Hatta seperti pendeta..."
Sumpah Hatta
Meutia Farida Hatta dalam Seratus Tahun Bung Hatta yang diterbitkan Kompas (2002), menulis bahwa sejak muda Hatta memang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.