Godly Butchery: Penyiksaan Terkejam dari Abad Pertengahan di Inggris

By Galih Pranata, Senin, 13 Desember 2021 | 09:00 WIB
Godly Butchery yang mengerikan dilakukan di depan publik dengan menarik, menggantuk, menyayat dan menguliti pelaku. (Alamy/History Extra)

"Ia digantung, disayat, dan dikuliti," imbuhnya, "hukuman yang hanya diperuntukkan bagi penjahat terburuk—para pengkhianat."

Pengkhianatan dipandang lebih buruk daripada pembunuhan. Alasannya, perbuatan itu menantang norma masyarakat dan tatanan kerajaan yang bersumber pada Tuhan.

The Treason Act of 1351 mendefinisikan tindakan yang dilakukan kepada Marise sebagai salah satu pengkhianatan untuk membunuh penguasa atau melawan penguasa. "Pembajakan terhadap seorang raja," lanjutnya lagi.

Eksekusi mati yang dilakukan pada abad pertengahan (Medieval Age) di Eropa. (Sky History)

Sebagai tindak kejahatan langsung terhadap raja, pengkhianat harus dihukum seberat mungkin. Lebih dari sebuah hukuman, tujuan dari hukuman gantung, sayat, dan dikuliti adalah untuk menetapkan batas-batas perilaku normal.

"Pesannya adalah bahwa pria 'normal' tidak akan mendapatkan hukuman berupa Godly Butchery atau tiga kematian," ungkap Rebecca. Penyiksaan maut ini menimbulkan rasa sakit yang begitu lama hingga pelaku akan mati karena kelelahan. Hukuman ini merupakan penyiksaan sekaligus olok-olok di depan banyak orang. Inilah yang menunjukan betapa kejamnya hukuman itu.

Baca Juga: Inilah Pekerjaan yang Paling Banyak Peminatnya pada Abad Pertengahan

Godly Butchery melalui beberapa proses. Pertama, orang yang dihukum diseret ke tempat eksekusi dengan kuda. dalam kondisi terikat, mereka terseret dan tercabik-cabik sebelum penderitaan yang sebenarnya dimulai.

Langkah kedua adalah digantung. "Terhukum akan diikat dengan tali di leher sebelum ditarik dari tanah, kadang-kadang dengan menggunakan katrol," ungkap Rebbeca.

Di sana dia akan menjuntai dan meronta-ronta tanpa daya sampai tepat sebelum jatuh pingsan. Pada saat itu, ia diturunkan ke tanah di depan penonton yang ketakutan, namun tetap menyaksikannya.

Sebelum diikat dan digantung, terhukum ditarik dari rumahnya ke tempat eksekusi dengan kuda. (Alamy/History Extra)

Kadang-kadang, hukuman dilakukan dengan mengikat setiap anggota badan ke beberapa kuda. Kemudian kuda berlari ke arah yang berlawanan sehingga tubuh terhukum akan robek dan terbelah. "Mayat yang bagian tubuhnya terpisah-pisah, dipamerkan di gerbang kota," tulis Herbert Maxwell.

Maxwell menulis bukunya berjudul The Chronicle of Lanercost 1272-1346, yang diterbitkan oleh Universitas Glasgow pada tahun 1913.

Pada abad ke-19, sudah semakin jarang sekali hukuman ditarik, gantung, sayat, dan dikuliti dilakukan di Inggris. Bahkan, ketika pelaku ditetapkan sebagai tersangka dan harus dihukum.

Seperti yang terjadi pada 1839, ketika sekitar 10.000 Chartis memimpin pemberontakan besar-besaran di Wales. "Para pemimpin itu ditangkap dan dijatuhi hukuman, tetapi diringankan dengan mengasingkan mereka ke Australia sebagai gantinya," tambahnya.

Godly Butchery dihapuskan sama sekali berkat pengesahan Undang-Undang Perampasan pada 1870. Peraturan ini mengakhiri salah satu tradisi eksekusi publik paling kejam dan mematikan sepanjang sejarah.

Baca Juga: Arkeolog Pecahkan Misteri Struktur Aneh Abad Pertengahan di Yorkshire