Elon Musk, ilmuwan sekaligus pendiri SpaceX, mengungkapkan rencana besar untuk membangun pemukiman manusia di Mars.
Musk berpendapat, memindahkan orang dari Bumi ke planet merah atau sebaliknya, mungkin dilakukan dalam satu dekade atau lebih. Tak lama setelah masa itu, mungkin 40 atau seratus tahun mendatang, Mars akan menjadi rumah bagi koloni jutaan manusia yang mandiri.
“Ini bukan berarti semua orang pindah ke Mars, melainkan membuat manusia menjadi spesies multiplanet,” ujarnya dalam International Astronautical Congress di Guadalajara, Meksiko, Selasa (27/9).
Jangka waktu yang ditentukan Musk memang ambisius, dan ia pun mengakuinya. Bagi mereka yang bertanya-tanya, ‘apakah kita harus benar-benar pindah ke Mars?’, Musk memiliki alasan sederhana.
“Masa depan manusia pada dasarnya akan terbagi menjadi dua arah: kita menjadi spesies multiplanet dan mampu berpergian melintasi antariksa, atau kita akan terjebak di satu planet hingga peristiwa kepunahan massal terjadi,” ujar Musk.
“Bagi saya, agar lebih bersemangat dan terinspirasi dengan masa depan, pilihan jatuh pada opsi pertama. Kita akan jadi peradaban yang mampu bepergian melintasi antariksa,” katanya.
Armada ke Mars
Meskipun Musk mengakui bahwa waktu tepatnya masih agak kabur, ia berpendapat sangat mungkin manusia mulai terbang ke Mars di pertengahan 2020. Rencana Musk seperti ini:
Armada untuk ke Mars dimulai menggunakan roket raksasa, dengan tinggi setidaknya 61 meter. Dalam simulasi yang disebut Interplanetary Transport System, pesawat luar angkasa itu akan diisi oleh astronaut dan akan diluncurkan ke orbit dengan kecepatan 8,65 km/jam. Roket tersebut akan diluncurkan di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida.
Roket tersebut akan mengantarkan kapsul berisi astronaut ke orbit Bumi, kemudian pendorong roket akan mengarahkan dirinya kembali ke Bumi dan mendarat kembali ke tempat peluncuran. Ini bukan hal mustahil, sebab pendorong roket SpaceX sudah melakukan hal serupa selama hampir setahun. Kemudian, pendorong roket akan mengambil tangki bahan bakar dan membawanya ke orbit, sehingga bisa digunakan sebagai bahan bakar dalam perjalanan pesawat luar angkasa ke Mars.
Selama perjalanan, pesawat luar angkasa itu akan mengumpulkan energi Matahari menggunakan panel surya dan menyimpan energi berharga tersebut untuk persediaan di planet merah.
Musk membayangkan, armada yang membawa kapsul kru ini akan tetap berada di orbit Bumi hingga keselarasan planet yang menguntungkan membuat Bumi dan Mars berdekatan.
“Kami harus mengorbitkan seribu atau lebih pesawat luar angkasa, dan armada kolonial Mars akan pergi secara massal,” kata Musk.
Kunci utama rencana Musk yaitu menggunakan ulang berbagai pesawat luar angkasa berbeda sebanyak mungkin. Musk mengantisipasi agar masing-masing pendorong roket dapat digunakan ribuan kali, masing-masing tangki bisa digunakan ratusan kali dan masing-masing armada bisa digunakan 12 kali.
Untuk permulaan, ia membayangkan mungkin ada seratus manusia yang menempati satu pesawat antariksa, dan jumlah itu akan meningkat secara bertahap menjadi lebih dari 200.
Berdasarkan kalkulasi Musk, memindahkan sejuta manusia ke Mars akan membutuhkan waktu 40 hingga 100 tahun setelah pesawat antariksa pertama diluncurkan.
Tentu saja, ini bukan perjalanan satu arah. “Saya rasa sangat penting untuk memberikan pilihan bagi orang-orang untuk kembali,” kata Musk.
Kolonisasi Mars
Setelah mendaratkan pesawat ruang angkasa pembawa kargo tanpa awak di Mars yang dimulai dengan kapsul Red Dragon pada tahun 2018, Musk mengatakan fase kolonisasi manusia bisa dimulai.
Tentu saja, mendaratkan pesawat berat di planet dengan atmosfer tipis bukan hal yang mudah. Karena itu, Musk berencana untuk melanjutkan perkembangan retroroket supersonik yang dapat menurunkan pesawat ruang angkasa yang berat secara bertahap dan perlahan ke permukaan Mars.
Selain itu, melewati atmosfer Mars dengan kecepatan supersonik akan menguji material pesawat bahkan yang paling toleran terhadap panas sekalipun. Karena itu, bukan hal mudah untuk mendesain pesawat luar angkasa yang dapat bertahan dari panas ketika melintasi atmosfer Mars. Apalagi setelah mendarat dan mengisi bahan bakar, pesawat ini harus kembali ke Bumi untuk menjemput orang-orang selanjutnya.
Perjalanan pertama terutama akan bertujuan mengirimkan pasokan bahan bakar dan membangun depotnya di permukaan Mars. Setelah depot didirikan dan kargo diantar ke permukaan, pemukim pertama Mars harus menggali permukaan dan mengambil es terpendam yang menjadi sumber air dan bisa digunakan untuk membuat bahan bakar krio-metana.
Dengan demikian, pesawat antariksa antarplanet pertama mungkin akan tetap berada di Mars, dan mereka akan membawa sebagian besar kargo dan beberapa kru yang bertugas membangun dan memecahkan masalah: para penjelajah sejati.
“Apakah Anda siap untuk mati? Jika iya, maka Anda merupakan kandidat yang cocok untuk pergi ke sana,” kata Musk.
“Membangun pemukiman di Mars lebih seperti olahraga ketahanan daripada sprint,” pungkasnya.