5 Hal Menarik Seputar Gerhana Matahari Total

By , Minggu, 28 Februari 2016 | 12:00 WIB

Fenomena alam Gerhana Matahari Total pada 9 Maret mendatang akan menyedot perhatian masyarakat dunia. Gerhana Matahari Total (GMT) hanya dapat diamati dari daerah yang dilintasi bayangan umbra Bulan. Indonesia sangat beruntung karena menjadi negara yang wilayahnya paling banyak dilintasi GMT. Sebelum menyaksikan fenomena langit tersebut, yuk simak beberapa hal menarik seputar Gerhana Matahari Total berikut.

Apa yang terjadi saat gerhana matahari total?

Gerhana akan dimulai saat bulan perlahan menutupi piringan Matahari. Semakin lama semakin besar area piringan Matahari yang ditutupi Bulan.

Sesaat sebelum memasuki fase total, sinar Matahari terakhir akan bersinar melewati lembah-lembah di permukaan Bulan

Fase total, seluruh permukaan Matahari tertutupi Bulan. Kita dapat melihat bagian korona Matahari menjulur dari bagian tepi piringan Matahari.

Saat totalitas keadaan sekitar akan gelap seperti malam dengan Bulan Purnama. Langit di daerah cakrawala akan berwarna layaknya sore hari.

GMT di Indonesia

Gerhana Matahari Total di Indonesia paling dekat adalah tanggal 9 Maret 2016. Sebelumnya, gerhana matahari total yang melintasi Indonesia terjadi pada tanggal 24 Oktober 1995. Di tahun 1980-1990, terjadi 3 gerhana total yakni 11 Juni 1983, 22 November 1984 dan 18 maret 1988. Setelah 9 Maret 2016, gerhana matahari total berikutnya akan terjadi tanggal 20 April 2042 dan 12 September 2053.

Pada tanggal 20 April 2023 dan 25 november 2049, Indonesia akan dilewati gerhana hibrida (gerhana matahari cincin dan total yang terjadi bersamaan dalam satu gerhana), dan sebagian wilayah Indonesia berkesempatan melihat gerhana matahari total.

Selama 2 abad atau dari tahun 1901-2100 (abad 20 dan 21), Indonesia dilintasi oleh 14 Gerhana Matahari Total termasuk di dalamnya gerhana hibrida.

Jangan melihat langsung ke arah matahari, kecuali saat gerhana total

Melihat Matahari secara langsung bisa membahayakan mata. Sebab, paparan cahaya dengan intensitas tinggi seperti cahaya Matahari dalam waktu lama akan menembus mata dan merusak lapian retina mata yang berisi syaraf sensitif. Retina tidak memiliki sensor sakit sehingga saat kita menatap langsung, kita cenderung mengabaikan dan tidak menyadari bahwa mata kita sedang berada dalam keadaan berbahaya.

Saat gerhana, selama Matahari masih tampak, dilarang melihat secara langsung tanpa filter. Tapi, saat Matahari tertutup sempurna, pengamat bisa menyaksikan Gerhana matahari Total tanpa filter.