Misteri Temuan Kerangka Balita dan Pisau Belati di Makam Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 14 Desember 2021 | 15:00 WIB
Peti mati batu dengan empat kerangka anak-anak, termasuk belati hitam di dalamnya. Kira-kira berumur 4000 tahun. (Katrine Ipsen Kjæ / ROMU via Ancient Origins)

Arkeolog mengatakan sisa-sisa anak-anak yang terpelihara dengan baik adalah 'sumber pengetahuan besar' yang tidak dapat diperoleh dari mayat yang ditemukan di kuburan terbuka.

Di dunia kuno, lokasi tertentu dikaitkan dengan kehidupan setelah kematian lebih dari yang lain. Oleh karena itu, properti lokasi situs pemakaman Zaman Batu sering kali masih dihargai pada Zaman Perunggu, ketika makam yang lebih tua dibuka, dibersihkan, dan diisi dengan mayat segar.

Seratus persen dari mayat yang ditemukan di situs ini adalah anak-anak, para arkeolog berasumsi bahwa ini adalah pemakaman yang disediakan khusus untuk anak-anak. Namun, penemuan pisau belati (pisau perunggu kuno) di bagian atas gundukan pemakaman masih menjadi misteri. Pasalnya, alat tersebut biasanya dikaitkan dengan penguburan orang dewasa, hal ini menunjukkan mungkin ada kuburan dewasa yang menunggu penemuan di situs tersebut. Lalu, di mana sisa makam dewasa lainnya?

Baldershøj adalah beberapa gundukan pemakaman Zaman Perunggu yang terletak di timur Fløng dan utara Hedehusene, Denmark. Gundukan-gundukan itu terletak di dalam sebuah ladang kecil. (Google Maps via Ancient Origins)

Sebuah pertanyaan menarik yang muncul dari temuan ini adalah mengapa kuburan anak-anak sangat sedikit ditemukan oleh para arkeolog. Padahal diketahui begitu banyak orang dalam sejarah yang meninggal saat masih anak-anak. Tidak ada yang yakin mengapa hampir tidak ada kuburan anak-anak yang ditemukan dibandingkan dengan orang dewasa, tetapi mungkin saja mereka lebih sering dikremasi.

Pada masa Pra-Kristen, anak-anak yang mati muda umumnya dikuburkan secara terpisah dari orang dewasa. Bukan hanya itu, ritual penguburan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, tergantung di mana seorang anak meninggal.

Katrine Ipsen Kjær mengatakan langkah selanjutnya adalah menentukan tanggal kerangka secara akurat, untuk menentukan kapan kelima anak itu masih hidup.

Berbekal pengetahuan ini, tim ilmuwan genetika akan mencoba mengumpulkan sampel DNA untuk menentukan apakah salah satu dari empat anak yang ditemukan di satu makam itu berkerabat. Lebih jauh lagi, jika keempatnya meninggal pada saat yang sama, diyakini bahwa mereka masing-masing tertular penyakit menular. Kita nantikan saja di penelitian selanjutnya. 

Belati kecil dari batu ditemukan di samping salah satu jenazah anak-anak. (Katrine Ipsen Kjæ / ROMU via Ancient Origins)