Menentukan Eksposur Yang Tepat Dalam Memotret Gerhana

By , Senin, 7 Maret 2016 | 20:00 WIB

Seperti teknik fotografi lainnya, memotret gerhana matahari juga selalu terkait dengan yang disebut Segitiga Eksposur. Segitiga Eksposur terdiri dari tiga elemen paling dasar dan penting dalam fotografi, yaitu Kecepatan Shutter atau Rana, Diafragma atau lorong cahaya pada lensa, dan ISO atau ASA, ukuran sensitifitas sensor.

(Baca: Persiapan Awal Memotret Gerhana Matahari)

 Ketiga elemen ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke sensor kamera, namun dengan parameter yang berbeda-beda. Kecepatan Shutter atau Rana adalah nilai kecepatan kamera dalam mengambil gambar. Semakin cepat kamera dalam mengambil gambar, maka akan semakin sempit waktu bagi cahaya untuk masuk ke sensor sehingga biasanya terlihat cenderung gelap. Sebaliknya, semakin lambat kecepatan shutter membuat waktu yang cukup lama bagi cahaya untuk masuk dan menerangi isi sensor sehingga biasanya objek terlihat terang.

Menentukan Panjang Fokus dalam Memotret Gerhana Matahari

Sementara itu, nilai pada diafragma menentukan seberapa lebar lorong cahaya yang ada pada lensa kamera. Semakin kecil nilai Diafragma maka akan semakin besar lorong pada lensa sehingga membuat banyak cahaya yang dapat masuk dan membuat hasil foto menjadi lebih terang.

Sebaliknya, semakin besar nilai Diafragma maka akan semakin kecil dan sempit lorong pada lensa sehingga membuat tidak banyak cahaya yang masuk dan menghasilkan hasil foto yang biasanya lebih gelap.

(Baca juga: Menentukan Sudut Pandang Saat Memotret Gerhana Matahari)

Dan yang ketiga adalah ukuran nilai ISO atau ASA sebagai satuan ukuran sensitifitas sensor. Semakin kecil nilai ISO maka sensor kamera semakin tidak terlalu sensitif sehingga biasanya membuat hasil foto lebih gelap. Sebaliknya, nilai ISO yang besar membuat sensor kamera lebih sensitif dalam menangkap gambar menjadi lebih terang.

Berikut adalah tabel panduan yang berisikan informasi pengaturan yang tepat untuk setiap fase-fase Gerhana Matahari Total. Untuk dapat menggunakan tabel ini, pilihlah terlebih dulu nilai ISO pada tabel di sebelah kiri atas yang akan digunakan selama pemotretan gerhana berlangsung. Kemudian beranjak ke tabel sebelah kanan, pilihlah nilai Diafragma yang sebaris dengan pilihan ISO awal.

(Baca pula: Taman Pintar Siapkan Simulasi Gerhana Matahari Total)

Pada kolom diafragma yang telah dipilih, turunlah ke tabel Kecepatan Rana yang ada di bawahnya sesuai dengan kolom tabel diafragma, dan itulah nilai kecepatan rana yang menjadi panduan kita dalam memotret setiap fase dan fitur Gerhana Matahari Total. Mulai dari fase gerhana parsial, lalu memasuki fase kritis pada beberapa detik sebelum totalitas dengan menampakkan fenomena Bailey’s Beads dan Diamond Ring Effect, hingga saat fase gerhana total yang menampilkan keindahan Korona matahari dengan berbagai jarak radius matahari.

Tabel panduan dalam menentukan nilai ISO, Diafragma dan Kecepatan Rana untuk pemotretan pada seluruh fase-fase gerhana. (http://www.mreclipse.com/)

JPEG Atau RAW?Pada kamera DSLR dan beberapa kamera digital, terdapat pilihan format untuk setiap gambar yang dihasilkan. Format yang biasa dipakai adalah JPEG (Joint Photographic Expert Group), sebuah format foto yang dikompres sedemikian rupa sehingga menghasilkan file foto yang lebih kecil dari kemampuan piksel aslinya. Setiap piksel pada sebuah foto format JPEG terdiri dari tiga warna dasar; merah, hijau dan biru (RGB).