Supersemar Versi Soeharto

By , Jumat, 11 Maret 2016 | 11:30 WIB

“Saya menyampaikan kesanggupan saya selaku Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, untuk mengatasi keadaan apabila Presiden Soekarno memberikan tugas dan kepercayaan penuh kepada saya,” ujarnya.

Ia mengklaim, pernyataan kesanggupan inilah yang menjadi dasar terbitnya Supersemar oleh Presiden Soekarno.

Dua tindakan pentingDengan "Surat Perintah 11 Maret" itu, menurut Soeharto, ia melakukan dua tindakan penting. Dua tindakan itu adalah, pertama, membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI), dan kedua, mengamankan sejumlah menteri.

(Baca: Aksi Soeharto Berbekal Supersemar, dari Bubarkan PKI hingga Kontrol Media)

Soeharto mengatakan, para menteri yang diamankan adalah mereka yang dinilai rakyat terlibat dalam pemberontakan G 30 S/PKI atau setidak-tidaknya dianggap menghalang-halangi pembubaran PKI.

“Dengan langkah pembubaran PKI itu, saya berusaha menyelamatkan lembaga kepresidenan; menyelamatkan prestige Presiden Soekarno, yang mungkin tidak sanggup melaksanakan tuntutan rakyat, karena keyakinan dan tindakan-tindakan yang telah diambilnya,” kata Soeharto.!break!

Menurut Soeharto, Surat Perintah 11 Maret menjadi alat penting untuk mengatasi situasi saat itu. Ia mengaku tak menganggap Supersemar sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan mutlak.

“Surat Perintah 11 Maret juga bukan merupakan alat untuk mengadakan kup terselubung. Sekarang, Surat Perintah 11 Maret itu masih ada; dan telah mempunyai landasan konstitusional yang kuat menjadi Ketetapan MPRS no IX,” kata dia.

Berawal dari pemberontakan PKI

Terkait lahirnya Supersemar, menurut Soeharto, berawal dari pemberontakan Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI pada akhir 1965.

Ia menyebut bahwa peristiwa ini telah mengakibatkan terbunuhnya pimpinan Angkatan Darat dengan cara yang kejam dan di luar batas kemanusiaan.

(Baca: Benarkah Soekarno Ditodong Pistol Saat Teken Supersemar?)