Remaja Asal Toba Ingin Tempe Dikenal hingga Antariksa

By , Jumat, 1 April 2016 | 09:00 WIB

Tempe, makanan yang dihasilkan dari fermentasi kedelai, telah mendunia. Kini, sekelompok remaja asal Samosir,Toba, Sumatera Utara ingin membawa makanan khas Indonesia itu mengangkasa. Mereka ingin agar tempe tidak saja bisa dibuat dan dikonsumsi di bumi tetapi juga dihasilkan serta dimakan oleh astronot yang ada di antariksa.

(Baca : Eksperimen Siswa Indonesia Dikirim ke Antariksa)

"Itu sih masih wacana," kata Gilbert Nadapdap, salah satu diantara tiga siswa SMA Unggul Del Toba Samosir saat dihubungi Kompas.com, Kamis (24/3/2016). Namun demikian, Gilbert dan kawan-kawan tak sekadar berwacana. Mereka memulai langkah awal untuk mewujudkan harapan dengan meneliti pertumbuhan ragi di antariksa.

Mengapa ragi? Sebab ragilah yang berperan dalam fermentasi kedelai menjadi tempe. Agar bisa membuat tempe di antariksa, maka manusia harus mengetahui dahulu kemampuan ragi tumbuh di wilayah nir gravitasi.

Kurang lebih setahun lalu Gilbert dan rekannya di bawah bimbingan JW Saputro, Science Coordinator, Indonesia Space Research Group, mengembangkan rencana penelitian pertumbuhan ragi di antariksa.

Rencana itu kemudian dimasukkan dalam lomba sehingga bahan dan alat penelitian bisa benar-benar dikirim ke antariksa dengan kargo Cygnus.

Penelitian itu akhirnya masuk seleksi. Rabu (22/3/2016), dengan roket Atlas 5, alat dan bahan penelitian Gilbert dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Perangkat eksperimen dari siswa Indonesia diluncurkan bersama sejumlah perangkat canggih lainnya milik NASA, Badan Antariksa Kanada, Badan Antariksa Eropa (ESA), serta Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAEA).

(Baca juga : 5 Mahasiswa Ini "Sulap" Biji Durian Menjadi Plastik Ramah Lingkungan)

ESA mengirimkan perangkat ENERGY untuk mempelajari kebutuhan energi bagi astronot untuk perjalanan antariksa jangka panjang.

NASA mengirimkan perangkat eksperimen penting bernama Spacecraft Fire Experiment I (SAFFIRE). Perangkat itu akan mempelajari pembentukan api.

Kini, Gilbert dan rekannya beserta pembimbingnya, Arini Desianti Parawi, mempersiapkan diri untuk penelitian yang akan dilakukan begitu alat dan bahan sampai di ISS.

Satu diantara perangkat penelitian yang dikirim adalah kamera digital. Kamera akan memantau pertumbuhan ragi. Gambar yang diambil akan dikirim ke bumi.