Nationalgeographic.co.id - Peradaban Maya adalah peradaban Mesoamerika yang berkembang antara tahun 2000 SM dan 1697 M. Daerah-daerah peradaban Maya kini dikenal dengan nama Meksiko, Guatemala, Belize, serta bagian barat Honduras dan El Salvador.
Baru-baru ini, para arkeolog dari National Institute of Anthropology and History (INAH) menemukan tembikar yang berasal dari peradaban Maya periode pascaklasik akhir di situs gua kota Chemuyil, Meksiko. Temuan ini menunjukkan bahwa gua tersebut merupakan situs untuk ritual peradaban ini pada masa pra-Hispanik.
Dilansir dari Ancient Origins, alam semesta peradaban Maya sangat terstuktur dan dibagi menjadi 13 tingkat surga, bumi, dan 9 tingkat dunia bawah yang berair. Menurut siaran pers INAH, gua adalah situs penting untuk ritual bagi orang Maya yang percaya bahwa gua itu berfungsi sebagai portal ke Xibalba, dunia bawah yang dipimpin oleh dewa kematian dan pembantu mereka.
Gua juga menjadi tempat memperoleh air minum bersih dari stalaktit dan cenote. Sebagai informasi, cenote yang umum ditemukan di Semenanjung Yucatán, Meksiko, adalah sumur atau reservoir alami yang terbentuk dari runtuhnya batuan dasar kapur yang terpapar air tanah.
Baca Juga: Tikal, Kota Metropolis Super Kuno Maya yang Ditinggalkan Bangsanya
Di bawah arahan Antonio Reyes, tim arkeolog menemukan dua bejana. Satu dalam kondisi hampir utuh, sementara yang lainnya rusak. Dari bagian terpencil gua ini juga ditemukan mangkuk (tripod bowl) yang berasal dari periode pascaklasik (1200 – 1550 M).
Lebih lanjut mengenai temuan bejana, yang pertama adalah bejana monokrom tipe Navulá dengan rongga cekung yang khas. Model seperti ini merupakan jenis dasar tembikar yang umum digunakan pada periode pascaklasik. Sedangkan wadah lain dengan produksi serupa, merupakan pot berbentuk bulat yang ditemukan terfragmentasi karena akar pohon yang tumbuh ke dalam gua telah menghancurkannya ke beberapa batu. Keduanya ditempatkan di relung alami dalam gua untuk menampung air yang menetes dari stalaktit.
Mangkuk tripod ini dibuat lebih halus dan memiliki penyangga berbentuk kerucut. Ditempatkan menghadap ke bawah dekat dengan sumber air yang diyakini mengalir di bagian bawah gua.
“Mangkuk itu diletakkan telungkup dan ditutup dengan batu, jadi jelas itu sesajen, sedangkan bejana itu digunakan untuk ritual pengumpulan air murni yang turun dari stalaktit,” jelas INAH dalam siaran persnya.
Baca Juga: Temuan Kerangka Suku Maya di Gua Meksiko, Diyakini Bagian dari Ritual
Meskipun tidak ada situs Maya besar yang ditemukan di Chemuyil, orang-orang yang tinggal di wilayah antara Playa del Carmen dan Tulum kerap menggunakan cenote dan gua-gua di sana untuk tujuan ritual.
Penemuan dari peradaban di masa lampau ini tidak terlepas dari inisiatif masyarakat sipil yang memberitahu INAH akan keberadaan artefak tersebut. Anggota dari Círculo Espeleológico del Mayab dan Urban Cenotes Project of Playa del Carmen yang berdedikasi untuk registrasi dan pemetaan gua di wilayah ini memberi tahu INAH.
“Hal yang luar biasa dari temuan ini adalah bahwa itu berasal dari keluhan warga. The Urban Cenotes Project of Playa del Carmen, dipimpin oleh ahli biologi Roberto Rojo, telah bekerja sama dengan INAH Quintana Roo Center selama lebih dari empat tahun, melakukan eksplorasi dan pemetaan gua dan cenote yang terletak di daerah perkotaan Playa del Carmen dan sekitarnya. Ketika elemen paleontologi atau arkeologi terletak di dalam formasi ini, mereka dilaporkan ke INAH Quintana Roo Center untuk intervensi mereka,” jelas pihak INAH.
Tim arkeologi menyadari bahwa akses jalan yang mudah ke gua, bahkan terdapat sampah di bagian depan mengancam arkeologi dan objek yang diidentifikasi. Misi penyelamatan harus segera dilakukan. Sementara itu artefak telah dengan hati-hati dikemas ke Museum Maya di Cancun. Di sana mereka sedang dibersihkan, setelah itu mereka akan menjalani restorasi.