7 Perilaku Menular Menurut Sains

By , Senin, 28 Maret 2016 | 14:00 WIB

Perilaku tertentu, seperti tertawa dan menguap  dapat lebih mudah untuk ditularkan daripada demam yang terjadi di sekitar kantor Anda.

"Perilaku penularan" adalah fenomena terdokumentasi dengan baik dalam psikologi. Otak kita menanamkannya untuk interaksi sosial dan ikatan dengan orang lain. Meniru tindakan yang kita lihat dari orang di sekitar kita, adalah cara alami untuk berempati dan merasakan perasaan orang lain.

Berikut adalah contoh dari beberapa perilaku yang mungkin dapat menular atau ditularkan pada teman-teman atau rekan kerja.

Mengambil resiko

Hal ini mungkin menjelaskan bagaimana kelompok remaja laki-laki dapat melakukan hal-hal bodoh berisiko bersama.

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh ahli saraf di California Institute of Technology menemukan bahwa setelah kita menyaksikan orang lain terlibat dalam perilaku berisiko. Misalkan risiko keuangan, seperti membuat taruhan dalam skenario perjudian. Kita pada gilirannya lebih cenderung untuk mengambil risiko yang sama.

"Temuan kami terutama memajukan pemahaman tentang bagaimana perilaku pengambilan risiko dapat dipengaruhi dengan mengamati agen lain secara pasif,"  kata Shinsuke Suzuki, seorang peneliti postdoctoral dalam ilmu saraf di institut dan co-penulis studi.

Menguap

Mungkin perilaku menular yang paling terkenal adalah menguap, bahkan anjing dapat tertular i pemiliknya. Menguap yang menular adalah tanda empati dan bentuk ikatan sosial.

(Baca : 6 Hal yang Anda Mungkin Tidak Tahu Tentang Menguap)

Tapi ada satu tipe orang yang tampaknya benar-benar kebal terhadap efek penularan dari menguap. Sebuah studi tahun lalu menemukan bahwa psikopat, yang kepribadian ditandai oleh ketidakmampuan untuk merasakan empati, tidak tertular menguap seperti orang lainnya.

Tertawa

Jika Anda sudah pernah ke kelas yoga tertawa, Anda tahu bahwa tertawa dapat sangat menular.

Sekarang, ilmu pengetahuan telah mengkonfirmasi dari pengalaman bahwa otak menanggapi suara tawa, dan secara otomatis bergabung di dalamnya (Ikut tertawa). Bahkan jika Anda tidak mendengar lelucon atau bukan bagian dari percakapan.

"Tampaknya benar ungkapan bahwa 'tertawalah, maka seluruh dunia tertawa bersamamu,' "kata  Sophie Scott, seorang ilmuwan syaraf di University College London dan salah satu penulis studi tersebut.

"Kami sudah mengetahui bahwa ketika kita berbicara dengan seseorang, kita sering mencerminkan perilaku mereka, menyalin kata-kata yang mereka gunakan dan meniru gerakan mereka. Sekarang kami telah menemukan bahwa itu berlaku untuk tertawa juga," jelas Scott

Tersenyum

Dikatakan bahwa ketika Anda tersenyum, seluruh dunia tersenyum dengan Anda. Psikolog pun telah menunjukkan bahwa klise umum ini berisi kebenaran.

Penelitian telah menemukan bahwa ketika kita bersama dengan seseorang dan ia tersenyum, kita cenderung "mencoba" ekspresi wajah mereka untuk mengetahui apa yang mereka rasakan.

Fenomena alam mimikri wajah ini memungkinkan kita, untuk tidak hanya berempati dengan orang lain, tetapi juga benar-benar merasakani emosi mereka untuk diri kita sendiri.

Mengerutkan kening

Kita juga akan mengerutkan kening, ketika orang lain memberi dorongan untuk mengecilkan sudut mulut, saat kita melihat orang lain cemberut. Naluri yang sama menuntun kita saat tertular tersenyum

Yap, mimikri wajah berlaku untuk mengerutkan kening juga (dan bahkan menyeringai!). Anda mungkin tidak selalu membentuk kerutan penuh dalam menanggapi orang lain, tetapi ada kesempatan tertentu yang menunjukkan  gerakan wajah Anda akan bergerak sedikit ke arah itu.

Kekasaran di tempat kerja

Sayangnya, bukan hanya perilaku positif yang dapat menular. Sopan terhadap rekan kerja dapat menyebabkan mereka untuk berperilaku dengan cara yang sama.

Sebuah studi dari University of Florida tahun 2015, yang dipublikasikan dalam jurnal Applied Psychology, menemukan bahwa ketika orang menghadapi perilaku kasar di tempat kerja, mereka lebih mungkin merasakan kekasaran dalam interaksi kerja masa depan.

"Sebagian dari masalah adalah bahwa kita umumnya toleran terhadap perilaku ini, tetapi sebenarnya sangat berbahaya," ungkap Trevor Foulk, seorang mahasiswa doktoral dan penulis utama studi tersebut. Kekasaran memiliki efek negatif yang sangat kuat di tempat kerja.

Kedinginan

Hanya melihat orang yang kedinginan cukup untuk membuat Anda merasa kedinginan juga.

Sebuah studi dari neuropsychiatrists di Brighton dan Sussex Medical School, yang diterbitkan tahun 2015 dalam jurnal PLoS One, menemukan bukti untuk "penularan suhu." Studi ini menunjukkan bahwa peserta yang menonton video tangan seseorang yang dicelupkan ke air dingin, suhu tangan mereka turun juga. Semakin peserta merasa bermpati, semakin besar penurunan suhu yang mereka alami.

Sayangnya, perasaan hangat tidak memiliki efek yang sama.