Kisah Dua Srikandi Pilot Pertama TNI AU

By , Selasa, 12 April 2016 | 20:00 WIB

Kebutuhan makan dan minum mereka tercukupi dan tinggal di asrama yang dikelola pengurus berkebangsaan Jepang.

Pakaian dalam mereka pun bermerek ternama yang merupakan barang mewah kala itu. Susu disediakan melimpah agar nutrisi terpenuhi.

Kalau ingin camilan, mereka biasa membawa potongan kecil gula aren ke kelas agar tidak mengantuk dan kedinginan.!break!

Sekolah penerbang

Seiring kelulusan pendidikan dasar militer, terbuka pula kesempatan menjadi pilot. Dari 30 anggota Wara, ada tiga orang yang mengikuti pendidikan pilot dengan dua di antaranya berhasil lulus dan menghadiri hari pelantikan (wing day), yakni Lulu dan Herdini.

"Ketika itu, kami hanya terbang 10 jam bersama instruktur. Langsung dilepas terbang solo. Pernah terbang cross country di beberapa tempat di Jawa," kata Lulu yang mesti mengganjal kursinya dengan bantal agar bisa menginjak pedal rudder saat mengendalikan pesawat ringan Piper Cub L-4J.

Herdini Suryanto (kiri) dan Lulu Lugiyati (kanan) adalah dua Wanita Angkatan Udara pertama yang juga menjadi perempuan penerbang pertama TNI AU. Tahun 1963, mereka digembleng sebagai Wara angkatan pertama dan tahun 1964 keduanya lulus dan mendapatkan wing penerbang. Saat itu, pesawat yang digunakan keduanya adalah pesawat ringan Piper Cub. (Nina Susilo/Kompas.com)

Herdini menambahkan, mereka juga harus berjalan zig-zag saat melaju (taxi) di landasan menuju titik lepas landas karena kokpit Piper Cub mendongak ke atas sehingga menghalangi pandangannya.

Saat mendarat pun cukup menegangkan karena pesawat latih jenis itu harus mendarat dengan dua roda depan terlebih dulu. Berbeda dengan pesawat modern yang mendarat dengan roda belakang terlebih dulu.

"Kami ini angkatan percobaan untuk membuktikan perempuan bisa menerbangkan pesawat atau tidak. Selanjutnya kami tidak konversi ke pesawat jenis lain," kata Lulu.

Berkat kiprahnya sebagai pilot itu pula, Lulu mengenal dan menikah dengan Kapten Edi Sudrajat, kelak menjabat Menhankam/Panglima ABRI dan pensiun dengan pangkat terakhir jenderal bintang empat.

Adapun Herdini menikahi penerbang TNI AU Boyek Soeryanto yang pensiun dengan pangkat kolonel (Pnb).

Lulu kemudian mundur dari dinas militer tahun 1968. Sementara Herdini lebih dulu meninggalkan dinas militer tahun 1966. Adapun dari 30 Wara angkatan pertama, masih ada 18 orang yang menjalani dinas militer hingga tahun 1990-an.

Mereka rutin mengadakan arisan dan reuni mengenang masa mereka muda perkasa....

"Kami bangga sekarang perempuan penerbang bisa menerbangkan berbagai pesawat militer," kata Lulu.

Generasi pertama Wara adalah perintisnya.