Neraka di Bumi Ini Bernama Burundi, "Dunia Tak Peduli dengan Kami"

By , Sabtu, 16 April 2016 | 19:00 WIB

Darah berceceran di seluruh penjuru negeri. “Saya ingin melupakan segala sesuatu tentang Burundi, bahkan nama saya sekalipun,” kata seorang pengungsi Burundi yang kini berada di Tanzania.

Lebih dari 250.000 orang telah mengungsi setelah mengetahui milisi-milisi oposisi Burundi berencana bangkit lagi melawan pemerintah dan membasmi masyarakat sipil.

Tak ada bantuan kemanusiaan di sana. Dunia internasional seperti sedang berpaling dari Burundi. Rakyat menderita.

Thierry, seorang pengungsi, ingin berbicara tentang nestapa di Burundi. Namun, tiba-tiba ia tersedak ketika mengenang kejadian yang memilukan.

Suara ayahnya masih terngiang-giang, saat sang ayah menjerit dan memohon agar tidak dibunuh, tetapi akhirnya dianiaya sampai mati oleh seorang pria bertopeng.

Pemuda itu kini meringkuk dalam kesendirian, dingin, dan menempel di baku kayu yang basah di tempat pengungsian di Tanzania.

Burundi, negara yang disebutnya sebagai rumahnya, telah ditinggalkannya dua jam lalu dengan sebutan satu kata “neraka”.

“Darah berceceran di mana-mana di Burundi, begitulah kenyataan yang terjadi di sana,” kata petani muda itu sambil menggulung ujung celananya dan menyingsingkan lengan kemeja untuk menunjukkan luka dan memar akibat penderitaan yang dialaminya.

Pria berusia 27 tahun itu meminta namanya diganti. Ia adalah salah satu dari lebih dari 250.000 warga Burundi yang mengungsi dari kekerasan dan hidup di perantauan.

Burundi, saat tulisan ini diturunkan, sedang mengarah kepada praktik genosida.

Penyiksaan, penyerangan, penculikan, dan pembunuhan etnis menjadi cerita suram dari orang-orang yang telah melarikan diri dari negara itu.

"Saya ingin melupakan segala sesuatu tentang Burundi, bahkan nama saya sekalipun," kata pemuda lain.

Pemuda yang satu ini kabur setelah membawa adik perempuannya yang berusia 16 tahun, hamil setetelah diperkosa oleh pemuda lain etnis. Mereka lari menyeberangi sungai agar bisa selamat.