Pasar Ikan dan Luar Batang, Riwayat "Batavia" dengan Karakter Beragam

By , Senin, 18 April 2016 | 07:00 WIB

Pemprov DKI Jakarta sebenarnya berupaya melakukan penataan kawasan ini menjadi lebih baik, sayangnya mereka melakukan dengan cara penggusuran yang ditengarai tanpa ada pendekatan persuasif terhadap warga terlebih dulu.

Beberapa sudut yang digusur memang melanggar kawasan untuk mukim. Seperti di atas bekas kanal sepanjang utara sisa tembok kota dan bantaran kanalnya. Demikian juga bagian kios-kios seputar pasar ikan di area bekas kanal depan tembok kota Museum Bahari.

Tapi penataan kawasan unik seperti Pasar Ikan, memang tidak boleh terlihat asal menggusur dan menggantinya menjadi kawasan wisata bahari misalnya.

!break!

Sebuah upaya revitalisasi kawasan cagar budaya ini jangan terjebak hanya berupa kosmetik untuk kepentingan wisata kawasan.

Perlu juga diperhatikan komponen penunjang yang menghidupi kawasan ini, dan penataan infrastruktur kota, sehingga tidak menjadi kumuh dan kotor karena banyak yang tidak berfungsi atau mampat.

Begitu juga dengan penataan kawasan Kampung Luar Batang, komponen penunjang kawasan seperti warga seputar Masjid jangan dihilangkan. Pasalnya, fungsi kegiatan sosial Masjid ini menjadi hilang, dan sekadar sebagai kosmetik wisata religius. 

Benar bila penataan infrastruktur kawasan ini perlu segera dilaksanakan, tapi harus dengan pendekatan yang lebih baik dan niat meningkatkan kualitas tempat mukim kampung ini. Misalnya dengan penyuluhan untuk diarahkan ke bentuk pemukiman hunian vertikal (low rise).

Penataan kawasan dengan pendekatan revitalisasi kota mesti lebih arif dan tidak tergesa-gesa. Karena ada banyak komponen penunjang kota yang perlu diperhatikan untuk tidak mematikan karakter kawasan tersebut.

Lebih penting lagi, upaya revitalisasi jangan sebatas kosmetik kota untuk kepentingan wisata saja. Tapi bagaimana sebuah sudut kota itu dapat tertata kembali, dengan kehidupan warga yang masih tumbuh berkelanjutan, sebagai living heritage!