Kandungan CBD Pada Ganja Bantu Obati Epilepsi

By , Rabu, 20 April 2016 | 21:25 WIB

Ketika saya bertemu dengan keluarga Patrick pada akhir 2014, mereka telah menempati rumah baru mereka di sisi utara Colorado Springs. Kemajuan Addy sangat pesat. Sejak pertama mengonsumsi minyak CBD, ia tak pernah lagi dirawat di rumah sakit. Serangan itu sesekali datang—satu atau dua kali sehari—namun tidak seintens dulu. Bola matanya pun tidak bergerak-gerak liar sesering dulu. Ia lebih bisa menyimak. Juga tertawa. Ia sudah bisa memeluk dan menemukan kekuatan pita suaranya.

Kritikus beranggapan bahwa orang tua Realm of Caring menjadikan anak-anak mereka kelinci percobaan, karena kajian yang dilakukan belum cukup memadai. Bisa jadi banyak, atau sebagian besar, klaim kemajuan yang beredar adalah hasil dari efek psikologis semata. “Memang kami belum mengetahui efek jangka panjang dari CBD, dan kami perlu menelaahnya,” kata Meagan. “Namun saya bisa mengatakan ini kepada Anda. Tanpa CBD, Addy kami seolah tak bernyawa.” Ia mencatat, tak ada yang menyangsikan efek jangka panjang dari obat yang digunakan secara luas dan sempat diresepkan rutin untuk putrinya yang berusia dua tahun. “Asuransi kami menebus pembayaran obat itu tanpa ragu,” katanya. “Padahal obat itu sangat adiktif, beracun, mengubah putriku jadi zombie, dan benar-benar dapat membunuhnya. Namun obat itu justru amat legal. “

Thiele menjelaskan bahwa hasil awal kajian CBD sangat menggembirakan. “CBD bukanlah obat sakti yang menyembuhkan dalam sekejap—hasilnya pun tidak sama pada semua orang,” ia mewanti-wanti. “Namun saya terkesan. Jelas, CBD dapat menjadi pengobatan yang manjur bagi banyak orang. Ada beberapa anak dalam penelitian ini yang selama setahun lebih terbebas dari serangan kejang.”

Kini keluarga Patrick berada di tempat yang tepat—mereka lebih bahagia dibandingkan dengan bertahun-tahun yang lalu.

“Addy kami sudah kembali,” kata Meagan. “Dan saya sendiri pasti tak akan percaya bila tidak mengalaminya sendiri. Ganja bukanlah obat ajaib. Namun saya rasa obat ini wajib ada dalam opsi pengobatan setiap neurolog di sepenjuru negeri ini.”