Menelusuri Peta DNA Ganja

By , Jumat, 20 April 2018 | 12:00 WIB

Saat Kane menggiring saya mengitari laboratoriumnya, saya melihat keceriaan di wajahnya dan di wajah staf-staf yang masih muda. Tempat ini beraura seperti perusahaan rintisan. “Ada banyak sekali ilmu pengetahuan yang terbangun sedikit demi sedikit,” katanya, “namun dengan penelitian ganja ini, ilmu pengetahuan tak akan berkembang secara bertahap, tetapi pesat dan dramatis. Transformasi itu akan terjadi, bukan hanya dalam koridor pemahaman kita akan tanaman, melainkan juga akan diri kita—otak, neurologi, dan psikologi manusia.

Transformatif dalam biokimia senyawanya. Transformatif dalam dampaknya pada berbagai industri, termasuk obat-obatan, pertanian, dan bahan bakar hayati. Jangan-jangan pola makan kita pun berubah—biji ganja terbukti sebagai sumber minyak kaya protein yang amat sehat.”

Ganja, dalam istilah Kane, “mengandung berjuta kebaikan.”

Ilustrasi ganja. (Thinkstock)

Manfaat bagi dunia kesehatan

Beberapa penelitian terkait ganja sudah pernah dilakukan. Hasil yang didapat pun menunjukkan bahwa tanaman yang penuh kontrovesi ini dapat dimanfaatkan bagi dunia kesehatan.

Dalam uji laboratorium, suatu bahan aktif dalam mariyuana, THC, mencegah pembentukan plak yang dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.

Suatu substansi yang ditemukan dalam mariyuana kemungkinan dapat menghilangkan plak di otak yang dikaitkan dengan penyakit Alzheimer, menurut sebuah studi baru.

Menulis dalam jurnal Aging and Mechanisms of Disease, para peneliti dari Salk Institute mengatakan bahwa senyawa kimia THC (tetrahidrokanabinol) dan komponen-komponen aktif lainnya dalam mariyuana dapat "mendorong hilangnya protein beta amyloid beracun yang dikaitkan dengan penyakit Alzheimer" dalam syaraf-syaraf yang ditumbuhkan di laboratorium.

Sejalan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa ganja memiliki manfaat medis, beberapa penelitian lain pun juga menunjukkan bahwa ganja tidak memiliki manfaat lebih bagi dunia kesehatan.

Ganja untuk kepentingan medis tidak terbukti dapat membantu dengan sejumlah penyakit, menurut analisis komprehensif pertama mengenai potensi manfaat ganja.

Peneliti menemukan bukti kuat bahwa ganja dapat membantu mengurangi rasa sakit yang kronis dan melemaskan otot yang kaku. Namun tidak ada bukti cukup bahwa ganja dapat membantu sejumlah kondisi, seperti kegelisahan, gangguan tidur, dan sindrom Tourette, sehingga peneliti merekomendasikan studi lebih lanjut untuk menetapkan manfaat ganja untuk membantu penyakit-penyakit tersebut. Peneliti mengevalusi 79 studi yang melibatkan 6.000 pasien.

Analisis ini diterbitkan di Journal of the American Medical Association. Dalam edisi yang sama, sebuah artikel lainnya mengangkat studi yang menemukan bahwa berbagai merek produk makanan dari mariyuana tidak mencantumkan dengan akurat daftar bahan aktifnya. Lebih dari separuh di antara mereka ternyata mengandung ganja dalam kadar lebih rendah dari yang tertera di label, yang berarti konsumen tidak akan merasakan efek ganja di dalamnya.

Baca juga: Menelusuri Pembuatan Mumi di Papua Nugini

Para ilmuwan yang terlibat dalam analisis ini mengumpulkan hasil dari studi-studi yang menguji mariyuana dan membandingkannya dengan plasebo, perawatan tanpa ganja dan tanpa perawatan sama sekali - jenis metode yang paling ketat. Kebanyakan studi tidak menemukan bukti yang konklusif akan adanya manfaat ganja, selain efek samping yang umum seperti rasa pusing, mulut yang kering dan rasa kantuk. Peninjuan terhadap riset yang lebih sederhana juga menunjukkan hasil serupa.