Keprihatinan warga Australia menjadi semakin signifikan beberapa waktu terakhir menyusul laporan mengenai seorang pria di Victoria yang meninggal setelah terinfeksi Klebsiella pneumonia yang resisten terhadap pengobatan antibiotik.
Laporan yang dipublikasikan di Jurnal Kesehatan Australia ini menyebutkan secara rinci kalau pria berusia 59 tahun itu terinfeksi bakteri pneumonia tersebut selama 2 bulan setelah dirawat di RS St Vincent, Melbourne karena Pankreatitis.
Karena bakteri itu resisten terhadap sejumlah antibiotik, pria tersebut dalam waktu singkat kondisinya memburuk dan 5 bulan kemudian meninggal.
Peter Collignon, Profesor Penyakit Menular dan Mikrobiologi di Universitas Nasional Australia, mengatakan laporan seperti ini adalah salah satu alasan mengapa Australia perlu mengurangi jumlah antibiotik yang mereka gunakan.
"Antibiotik adalah satu-satunya obat yang memberikan masyarakat efek samping, semakin banyak antibiotik kita gunakan, semakin kita memproduksi dan memilih 'bug' yang tahan atau resisten dengan antibiotik atau superbug," katanya.
Resistensi antibiotik menjadi salah satu hal yang dapat kita turunkan kepada anggota keluarga lainnya dan sebagai masyarakat secara keseluruhan, resistensi itu akan ditularkan dari satu individu ke individu yang lain.
Profesor Collignon mengatakan resistensi antibiotik sekarang sudah menjadi masalah di seluruh dunia, meskipun tingkat di Australia relatif rendah karena pasokan air yang baik dan pembatasan impor daging.
Namun, Ia mengatakan Australia menggunakan dua kali lebih banyak antibiotik dibandingkan negara lain seperti Belanda namun tidak ada bukti yang membuat orang menjadi jauh lebih baik kondisinya.
"Kita bukan hendak memperoleh peringkat yang sama dengan China dan India karena permasalahan infrastruktur dan memiliki kontrol pada siapa yang bisa meresepkan antibiotik dan kualitas dari antibiotik, namun kita tengah menuju ke arah sana."