Kilau Gunung Meja dari Nanga Nesa

By , Kamis, 28 April 2016 | 09:00 WIB

Seusai membunuh Iya, parang itu dibuang ke arah selatan, yang saat ini membentuk Pulau Ende, dan memang pulau itu berbentuk seperti sebuah parang panjang.

Legenda ini dipahami masyarakat melalui cerita dari generasi ke generasi. Dari legenda kuno ini muncul sejumlah kreasi seni dan budaya. Misalnya, tarian, teater rakyat, drama, cerita rakyat, dan sejumlah adat istiadat.

Pusat wisataDari Nanga Nesa, pengunjung menyaksikan Pulau Koa, Gunung Meja, dan permukiman Ende yang terletak di Teluk Ende dengan sangat leluasa. Pantai itu sangat strategis untuk berekreasi, serta menikmati matahari terbit dan terbenam. Tetapi, masyarakat belum memanfaatkan pantai itu sebagai salah satu pusat wisata.

Hanya sejumlah turis asing sesekali datang mandi, kemudian menaiki tangga alam untuk memotret. Pantai dengan panjang sekitar 1 kilometer dan lebar sekitar 70 meter ke arah daratan itu seakan tenggelam di balik ketenaran dan nama besar Danau Kelimutu, sekitar 60 kilometer arah timur Ende.

Gunung Meja memiliki makna sejarah yang dalam. Konon, gunung itu sering dipandangi oleh Bung Karno saat duduk merenungkan sila-sila Pancasila.

Karena itu, Pemerintah Kabupaten Ende berencana membangun sebuah tugu kerukunan di puncak Gunung Meja.

Pada lereng gunung itu ditanam bunga bugenvil berwarna merah, dan bagian bawahnya ditanam bunga serupa berwarna putih sehingga saat berbunga pada bulan Oktober-Desember, puncak Gunung Meja itu tampak berwarna merah-putih.

Untuk mengenang kehadiran presiden pertama RI di Ende tersebut, Dinas Pariwisata Provinsi NTT berencana mengganti nama Gunung Meja menjadi Gunung Soekarno.

Pada puncak Soekarno itu dipajang tulisan kelima sila Pancasila dengan huruf timbul yang besar sehingga bisa terbaca saat berada di udara dari pesawat.

Dari Pantai Nanga Nesa, kita dapat menyaksikan Gunung Meja secara leluasa dengan segala keindahannya. Pantai Nanga Nesa berpasir hitam legam.

Ketika matahari bersinar terik menerpa bibir pantai itu, tampak kristal-kristal putih bercahaya kemilau. Kawasan pantai relatif aman dari gangguan binatang liar, seperti buaya laut atau palung terjal.

Hampir semua pantai di selatan Ende berpasir hitam, kecuali bagian utara, seperti wilayah Maurole dan Waka yang berpasir putih.

Maman Kadir (54), warga Nenga Nesa, mengatakan, pada hari libur, terutama pada hari raya Lebaran, pantai itu dikunjungi wisatawan. Anak-anak sangat senang bermain dan mandi di pantai tersebut. Tetapi, kawasan pantai tidak ada pohon pelindung sehingga pada pukul 09.00 Wita, cuaca di sekitar pantai itu mulai panas.

Ia mengatakan, hampir semua pantai di Ende sangat indah, tetapi tidak terawat atau dipromosikan menjadi obyek wisata. Air laut belum tercemar, masih berwarna biru.

Keindahan pantai rupanya kalah menarik dengan keindahan Danau Kelimutu sehingga masyarakat Ende dan turis asing lebih suka bicara Kelimutu daripada Pantai Nanga Nesa.