Lika-liku Pembebasan WNI yang Disandera Kelompok Abu Sayyaf

By , Senin, 2 Mei 2016 | 19:00 WIB

Ia mengatakan bahwa proses pembebasan sandera membutuhkan waktu panjang, kesabaran, ketelitian, fokus dan koordinasi antar instansi terkait.

"Dari penyanderaan sampai dengan operasi militer itu (memakan waktu) tiga bulan," ungkapnya.

Walaupun tidak bersedia menjelaskan detail teknik operasi pembebasannya (yang disebutnya bersifat "tertutup"), Benny mengatakan, "Saya langsung dengan negosiasi dengan kelompok penculik selama tiga bulan."

"Sampai dengan 9 September 2005, kita akhirnya berhasil membebaskan Ahmad Resmiadi," katanya.

'Negosiator satu pintu'

Dari pengalamannya menjalankan peran negosiator, Benny mengatakan kelompok penculik yang menuntut tebusan biasanya akan menekan, meneror dan mengancam keluarga, perusahaan serta pemerintah dari pihak sandera.

"Maka, dari pengalaman saya, negosiatornya harus satu pintu. Boleh satu orang, satu tim, tetapi satu pintu," ungkap mantan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) ini.

Dengan demikian, kelompok penculik tidak dapat meneror kepada pihak manapun karena sudah disepakati untuk kontak kepada satu pihak saja.

"Dengan satu pintu, kita bisa mengarahkan dia (penculik), bisa mengendalikan dia, bisa mempengaruhi dia, sehingga kemauan kita yang dituruti dan bukan kemauannya," jelas Benny.

Selain itu, pemerintah harus bisa membuat keluarga sandera tenang dan tidak panik.

"Saya dulu membangun komunikasi yang baik dengan keluarga agar mereka tahuday by day kemajuannya," ungkapnya.

Sambil operasi berjalan, pihaknya juga terus mengenali penculiknya dan mengecek terus kondisi kesehatan sandera. "Dalam berkomunikasi dengan penculik, gunakan isu-isu yang menyentuh. Bagaimanapun mereka manusia," pungkas Benny.