Butuh Booster Vaksin Untuk Menangkal Serangan Omicron yang Parah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 21 Desember 2021 | 10:00 WIB
Omicron merebak. Para ilmuwan berpendapat bahwa solusi untuk mencegah infeksi dan penyakit keras yang dihasilkan, perlu ada booster vaksin. (RAW PIXEL LTD)

"Dataset awal dan pertama kami menunjukkan bahwa dosis ketiga masih dapat menawarkan tingkat perlindungan yang memadai dari penyakit dengan tingkat keparahan apa pun yang disebabkan oleh varian Omicron," tambah Ugur Sahin, Co-Founder BioNTech.

"Kami terus mengerjakan vaksin yang diadaptasi, yang kami yakini akan membantu mendorong tingkat perlindungan yang tinggi terhadap penyakit COVID-19 yang disebabkan Omicron, serta perlindungan yang lebih lama dibandingkan dengan vaksin saat ini."

Meski demikian, mereka mengakui hasil laporan ini masih awal, sehingga akan terus mengumpulkan banyak data laboratorium dan mengevaluasi efektivitas perlindungan vaksin mereka terhadap omicron.

Baca Juga: Studi: Dua Dosis Vaksin Sinovac Tak Mampu Cegah Infeksi Varian Omicron

Bagi masyarakat yang telah mendapatkan vaksin, hasilnya dapat terlindungi dari penyakit darah dan kematian akibat COVID-19. Para ilmuwan menguraikan, sistem kekebalan pada orang yang pernah terinfeksi dan divaksinasi dapat menyenghasilkan sel T yang dapat mengenali fragmen protein virus, dan menghancurkan sel yang terinfeksi.

Ahli imunologi Alessandro Sette dari La Jolla Institute for Immunology, California, Amerika Serikat, menjelaskan, para ilmuwan sudah melakukan uji laboratorium untuk menentukan seberapa baik sel T dari vaksin dan infeksi, saat menghadapi omicron. Hasilnya akan diterbitkan beberapa pekan mendatang.

"Saya optimis bahwa reaktivitas akan dipertahankan, setidaknya sebagia," ujarnya dalam Nature. "Beberapa banyak (hasil) yang akan terawetkan, masih harus dilihat."

Untuk sementara, ia menambahkan, berbagai penelitian terdahulu telah mengungkap bahwa reaksi sel T yang kuat terhadap SARS-CoV-2, berkorelasi dengan viral load yang lebih rendah. Orang yang punya sel T yang kuat juga tidak akan parah saat menghadapi penyakt, walau belum ada temuan secara pasti ketetapan ambang batas perlindungannya. Para ilmuwan harus menunggu data rawa inap dan kematian dari omicron untuk mengetahui.

Pendapat yang sama juga diungkap Waasila Jassat, spesialis kesehatan publik National Institute for Communicable Diseases, Johannesburg, Afrika Selatan. Ketika laporan data soal rawat inap muncul, yang perlu diamati secara khusus adalah tentang anak-anak.

Melansir dari Nature, laporan Jassat menunjukkan bahwa tingkat rawat inap anak-anak terinfeksi omicron lebih tinggi dari gelombang sebelumnya di negara itu. Tetapi ia mengingatkan kembali, temuan ini bukan berarti mereka lebih rentan terhadap omicron dari varian-varian lainnya. Bisa jadi, disebabkan oleh tingkat infeksi dan vaksinasi sebelumnya yang lebih rendah pada orang dewasa.

 Baca Juga: Varian Omicron Ditemukan di Luar Afrika, Apa yang Ilmuwan Ketahui?