Nationalgeographic.co.id—Gempa bumi dengan magnitudo yang sama dapat menyebabkan tsunami dengan ukuran yang sangat bervariasi. Fenomena yang biasa diamati ini, tidak dipahami dengan baik, sehingga menghalangi peringatan tsunami lokal yang dapat diandalkan.
Penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan Universitas Hawai'i (UH) di Mānoa telah memberikan wawasan baru yang menghubungkan karakteristik gempa bumi, yaitu magnitudo, kedalaman di mana dua lempeng tektonik saling bergesekan dan kekakuan lempeng yang terlibat, dengan ukuran potensial sebesar tsunami yang dihasilkan. Tsunami merupakan serangkaian gelombang di badan air yang disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar air, umumnya di lautan atau danau besar. Peneliti sebelumnya mengidentifikasi kelas khusus peristiwa yang dikenal sebagai gempa bumi tsunami, yang menghasilkan tsunami besar yang tidak proporsional untuk besarnya.
Kwok Fai Cheung, profesor Teknik Kelautan dan Sumber Daya di UH Mānoa School of Ocean and Earth Science and Technology (SOEST), Thorne Lay dari University of California - Santa Cruz dan rekan penulis menemukan penjelasan langsung untuk teka-teki ini. Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada 13 Desember 2021 berjudul Tsunami size variability with rupture depth.
Tim peneliti menggunakan model komputer, lalu menggabungkan proses fisik yang menghasilkan gempa bumi dan tsunami dengan berbagai pengamatan peristiwa dunia nyata, termasuk yang diklasifikasikan sebagai gempa bumi tsunami. Hasil model ini menunjukkan bahwa untuk magnitudo gempa tertentu, jika retakan meluas ke kedalaman dangkal di bagian lempeng yang tidak terlalu kaku, tsunami yang dihasilkan lebih besar daripada jika retakan lebih dalam.