Konferensi tingkat tinggi negara-negara Kelompok Tujuh (G-7) di Jepang diwarnai kunjungan kontroversial Presiden AS, Barack Obama, ke Hiroshima, Jumat (27/5/2016).
Sudah menjadi ingatan sejarah bahwa Hiroshima – bersama satu kota lain yakni Nagasaki – telah menjadi sasaran serangan bom atom oleh Amerika Serikat pada era Perang Dunia II.
Pada 6 Agustus 1945 pukul 08.16 waktu Jepang, sebuah bom atom beledak pada jarak 580 meter di atas pusat kota Hiroshima. Sekitar80 persen kota itu luluhlantak akibat ledakan bom.
Gelombang panas akibat bola api nuklir membakar penduduk, hewan, dan tumbuhan.
Dari puing-puing kota yang hancur menguak satu simbol mimpi buruk peradaban manusia, yakni awan cendawan bom atom.
Ke Hiroshima, lokasi bom atom pertama dan terbesar di dunia, itulah Obama berkunjung pada Jumat pagi. Obama menjadi Presiden AS pertama yang mengunjungi lokasi ledakan.
Obama mengunjungi Hiroshima untuk menunjukkan sikapnya bahwa Washington siap bekerja sama dengan Tokyo untuk menghapus penggunaan senjata nuklir.
Sebelum dilakukan, kunjungan Obama telah menimbulkan perdebatan.
Para pengeritik menuduh Washington dan Tokyo memiliki kenangan selektif dan menunjuk adanya paradoks dalam kebijakan mereka terkait nuklir.
Di satu sisi, mereka mengandalkan pencegahan dengan nuklir, tetapi di sisi yang lain juga menyerukan diakhirinya program senjata atom tersebut.
Kedua pemerintah berharap, lawatan Obama ke Hiroshima akan memumbuhkan tunas-tunas baru rekonsiliasi dan hubungan erat antara bekas musuh.
Pada saat bom atom dijatuhkan di Hiroshima, 6 Agustus 1945, setidaknya ada ribuan orang tewas seketika dan sekitar 140.000 orang tewas sampai akhir tahun.
Di lokasi ledakan, tepatnya di tugu peringatan perdamaian, Obama meletakkan karangan bunga.