Dalam studi ini, pola makan vegan dikaitkan dengan tingkat gula darah dan tingkat energi yang lebih stabil. Adapun pola makan karnivora menghasilkan puncak dan penurunan energi yang lebih keras.
Menariknya, bagaimanapun, pola makan vegan menghasilkan pengurangan parah dalam keragaman bakteri usus. Namun keragaman bakteri usus tetap stabil selama pola makan daging dan susu. Secara teori, ini berarti bahwa Hugo yang vegan berpotensi lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan dengan Ross.
Penelitian skala besar telah mengungkapkan beberapa wawasan mengejutkan tentang bakteri usus dan bagaimana individu-individu merespons makanan. Sebuah studi tahun 2019 oleh tim yang sama di King's College London menemukan bahwa respons orang-orang terhadap makanan yang sama adalah unik, bahkan di antara kembar identik.
Meskipun makan makanan yang sama, beberapa orang mengalami peningkatan tajam dalam gula darah dan insulin, yang terkait dengan penambahan berat badan dan diabetes. Adapun beberapa orang lainnya memiliki kadar lemak yang tertinggal dalam aliran darah sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung mereka.
Alasan untuk ini, menurut penelitian, kemungkinan adalah karena mikrobioma usus, yakni triliunan bakteri yang menghuni saluran usus. Meskipun genetika memang memainkan peran penting dalam cara kita memproses makanan, mikrobioma usus juga memiliki efek mendalam dengan memengaruhi cara makanan dipecah. Karena komposisi koloni mikroba bervariasi dari orang ke orang, begitu pula respons kita terhadap makanan yang sama.
"Kami menemukan bahwa, rata-rata, kebanyakan kembar identik hanya berbagi antara 25 dan 30 persen mikroba mereka (yang sama) satu sama lain," jelas Profesor Spector seperti dilansir IFL Science. "Kami pikir inilah mengapa banyak metabolisme mereka berbeda dan mengapa mereka bereaksi terhadap makanan secara berbeda."
Baca Juga: Manakah yang Lebih Panjang Umur: Pemakan Daging atau Vegetarian?