Kilas Sejarah Perjuangan Perempuan dalam Merayakan Hari Ibu Bangsa

By Galih Pranata, Jumat, 24 Desember 2021 | 11:00 WIB
Presiden Sukarno dan Ibu Negara, Fatmawati mengundang para anggota kongres (KOWANI) ke Istana Merdeka pada 1950. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—"Sorga itu tempatnya berada sedikit lebih rendah di bawah telapak kaki ibu, mulianya ibu, bukan tentang itu (mengusap kaki ibu), tapi baktimu!," ujar seorang katib Jum'at jelang peringatan Hari Ibu tahun ini.

"Ibu adalah manusia yang istimewa karena sekalipun seorang bapak, tak akan bisa menggantikan perannya," tambah sang Khatib. Memang benar adanya, jika ibu selalu punya kesan tersendiri dalam kehidupan bangsa, maupun dunia. 

Hampir di setiap negara, selalu punya caranya sendiri dalam merayakan momentum kasih sayang atau simbol kebaktian kepada seorang ibu. "Mulai dari Eropa, Amerika sampai dunia Arab, mereka merayakannya," terusnya. Dia juga mengutip teladan Nabi yang mengatakan, "Jika ibumu masih ada, sungguh membahagiakan ibu adalah hal yang mulia."

Telah lama berlalu, Indonesia punya kisah dalam menggelorakan perjuangan untuk menandai hari yang merayakan peran besar seorang Ibu.

Sumpah Pemuda 1928, tak terlepas dari peran sekumpulan pejuang perempuan bangsa. "Salah satu keputusannya (Kongres Pemuda II) adalah dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI)," tulis Kemdikbud.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merilis Pedoman Peringatan Hari Ibu ke-90 Tahun 2018. Dalam Lampiran 5, buku itu menyebut tentang perjuangan para pejuang di zaman pergerakan nasional dalam mengusung hari perayaan ibu bangsa.