Hasil Studi: Olahgara Dapat Mencegah Menumpuknya Lemak di Organ Hati

By Maria Gabrielle, Kamis, 23 Desember 2021 | 13:00 WIB
Ilustrasi olahraga. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Pepatah mengatakan segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, begitu pula dengan organ hati kita. Mempunyai sedikit lemak dalam hati tidak akan menjadi masalah, namun hati yang mengandung banyak lemak dapat mendatangkan masalah kesehatan.

Perlemakan hati atau fatty liver merupakan kondisi di mana organ hati menyimpan terlalu banyak lemak, menurut Healthline. Dilansir dari Science Daily, satu dari empat orang di seluruh dunia menderita penyakit hati non-alkohol (NAFLD) atau disebut juga dengan penyakit hati metabolik (MAFLD).

Dalam kebanyakan kasus, orang yang memiliki penyakit ini biasanya menderita diabetes tipe dua serta peningkatan risiko sirosis hati dan penyakit kardiovaskular. Selain itu peningkatan risiko kematian juga sering dikaitkan dengan NAFLD.

Untuk mencegah masalah kesehatan yang ditimbulkan dari perlemakan hati, sebuah studi dilakukan oleh tim gabungan dari Institut Kimia Klinis dan Patobiokimia Rumah Sakit Universitas Tübingen, Institut Penelitian Diabetes dan Penyakit Metabolik dari Helmholtz Munich di Universitas Tübingen. Para peneliti juga berkolaborasi dengan Institute of Experimental Genetics di Helmholtz Munich, Institut Leibniz untuk Ilmu Analitik di Dortmund serta Institut Fisika Kimia Dalian di Tiongkok.

Dalam penelitian itu para ahli berpendapat bahwa berolahraga dapat mencegah menumpuknya lemak di dalam hati. Studi tersebut telah dipublikasikan di Molecular Metabolism dengan judul Exercise prevents fatty liver by modifying the compensatory response of mitochondrial metabolism to excess substrate availability.

Ketidakseimbangan antara asupan makanan dan konsumsi energi oleh tubuh digadang-gadang sebagai penyebab NAFLD. Hal ini menyebabkan timbunan lemak di hati dan seiring waktu merusak fungsi mitokondria. Gabungan dari kedua hal tersebut merupakan faktor risiko perkembangan resistensi insulin dan peradangan hati.

Mitokondria sendiri berfungsi untuk menyediakan energi bagi sel, melalui proses respirasi sel. Proses metabolisme ini memastikan ikatan kimia yang terdapat di dalam glukosa serta zat organik yang didapat dari makanan dipecah untuk menghasilkan adenosin trifosfat atau ATP. Adenosin trisofat adalah molekul energi terpenting dalam tubuh. Oleh karena itu, mitokondria juga dianggap sebagai pembangkit tenaga sel.

Memiliki gaya hidup yang sehat dengan meningkatkan aktivitas fisik seperti berolahraga sangat dianjurkan untuk mencegah dan mengobati NAFLD. Sejauh apa hasil dari olahraga teratur mengubah adaptasi hati untuk meningkatkan asupan energi dan apa peran dari otot rangka dalam proses ini menjadi fokus oleh para peneliti.

Dalam studi yang dilakukan oleh Dr. Miriam Hoene dan Dr. Lisa Kappler ini melibatkan tikus untuk menjadi subjek penelitian. Tikus-tikus diberi makanan berenergi tinggi lalu beberapa dari mereka juga "berolahraga" dengan cara berlari treadmill secara teratur. Setelah intervensi selama enam minggu, para peneliti memeriksa hati dan otot para tikus untuk melihat perubahan transkriptom, proteom mitokondria, komposisi lipid, dan fungsi mitokondria.

Baca Juga: Pasang Surut Olahraga Sumo, dari Ritual Agama sampai Identitas Bangsa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa olahraga mengatur enzim penting dari degradasi glukosa dan fruktosa di hati serta metabolisme piruvat mitokondria. (Pixabay)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa olahraga mengatur enzim penting dari degradasi glukosa dan fruktosa di hati serta metabolisme piruvat mitokondria. Dengan cara ini, beban substrat untuk respirasi mitokondria dan sintesis lipid dapat dikurangi. Ini berarti lebih sedikit lemak yang disimpan di hati dan kandungan lipid spesifik seperti diasilgliserol menurun. Selain itu, kontrol glukosa meningkat pada tikus yang berolahraga, peningkatan kapasitas pernapasan otot rangka juga mengurangi stres metabolik pada hati.

Data sistem biologi menawarkan wawasan komprehensif tentang adaptasi molekuler hati dan otot terhadap pola makan berenergi tinggi, pelatihan, dan efek kombinatorial.

“Hasilnya sangat sesuai dengan pendekatan studi klinis yang sedang berlangsung, di mana inhibitor diuji terhadap beberapa target yang ditemukan di sini, seperti transporter piruvat mitokondria,” kata ilmuwan DZD Prof. Dr. Cora Weigert, kepala studi dan profesor diabetologi molekuler di Rumah Sakit Universitas Tübingen.

Baca Juga: Kegiatan Berbasis Alam Memberi Emosi Positif dan Mengurangi Kecemasan