Kematian Bisa Diprediksi, Benarkah ?

By , Selasa, 5 Juli 2016 | 09:00 WIB

Lewat penelitian itu, ilmuwan menunjukkan adanya fase kehidupan yang belum dikenal selama ini, fase akhir kehidupan yang disebut "spiral kematian".

Prediksi kematian pada lalat buah akhirnya dilakukan dengan dasar jumlah telur yang dihasilkan betina. Mueller dan Rose bisa memprediksi kematian dengan akurasi 80 persen tiga hari sebelum kematian itu menjemput.

Selain Mueller dan Rose, James Curtsinger Ilmuwan dari Universitas Minnesota juga meneliti hubungan kesuburan dan kematian pada lalat buah. Namun Curtsinger punya pendapat berbeda dengan hasil penelitian Mueller dan Rose. Curtsinger menyebut bahwa penelitian pada lalat buah ini bukan bukti adaya fase akhir kehidupan.

Ia tidak percaya manusia dan spesies selain lalat buah akan mengalami penurunan kesuburan sebelum kematian. Curtsinger juga berpendapat, "spiral kematian" merupakan sesuatu yang ambigu dan tidak jelas.

Curtsinger mengajukan terminologi yang lebih tepat untuk menyebut penurunan kesuburan pada lalat buah, yaitu "berhenti". Tahapan itu dimulai saat lalat tidak mampu lagi menghasilkan telur. 

Sebagai gambaran, lalat buah akan bertelur sebanyak 1200 buah sepanjang hidupnya. Jika dalam sehari saja lalat tidak bertelur, itu bisa jadi indikasi jika ada sesuatu yang salah. (Baca pula : Tiwah, Rukun Kematian Penuh Kebahagiaan)

Terlepas dari pendapat Curtsinger, Mueller tetap berpendapat jika manusia yang mati dengan cara alami akan mengalami "spiral kematian". Setelah mengetahui adanya fase tersebut, maka selanjutnya bisa dikulik cara untuk mencegah fase "spiral kematian" yang terlalu lama dan menyiksa.

"Akan menjadi sebuah hal yang menarik untuk dicermati bagaimana memperpendek fase 'spiral kematian' sehingga kita bisa sesehat orang lain sampai sesaat sebelum kematian," kata Mueller.