Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi wisata besar tetapi masih kurang dalam hal implementasi. Begitu pula dengan pemanfaatan teknologi untuk mendorong kesadaran wisatawan akan adanya destinasi lain di Indonesia selain Pulau Bali.
“Posisi kita (Indonesia) masih tertinggal dari Singapura dan Malaysia terkait kualitas destinasi wisata,” ujar Sandiaga.
Pemerintah pusat melakukan beragam upaya dalam mendukung perwujudan pembangunan berbasis smart city, terutama di kawasan wisata.
Upaya dimulai dari adanya infrastruktur yang memadai, hingga kecakapan masyarakat dalam menggunakan fasilitas dan teknologi yang ada.
Baca Juga: Apa Saja Satwa yang Menemani Homo floresiensis di Sekitar Liang Bua?
“Fokus kita harus diutamakan pada information and technology readiness (ICT readiness). Baik pada lima destinasi superprioritas maupun destinasi prioritas,” ujarnya.
Langkah tersebut, kata Sandiaga, bisa tempuh dengan cara kolaborasi. Artinya, berbagai pihak, baik dari swasta maupun kementerian harus berembuk untuk membuat strategi yang tepat guna.
Menanggapi paparan Sandiaga, Leonardo Adypurnama menyatakan bahwa Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) juga ikut berpartisipasi dalam merancang program pemampu (enabler) bertajuk “Integrated Tourism Master Plan” untuk mewujudkan daya saing pariwisata.
Baca Juga: Penemuan Langka Embrio Dinosaurus Meringkuk dalam Posisi Siap Menetas
“Indonesia bekerja sama dengan bank dunia untuk menentukan supply dan demand yang ada di lapangan. Lewat cara ini, Indonesia bisa tahu cara apa yang perlu dan bisa dilakukan untuk menarik wisatawan mancanegara,” ungkap Leonardo.
Dengan rencana tersebut, diharapkan Bappenas bersama kementerian lainnya mampu mendongkrak minat wisatawan mancanegara sehingga ekonomi dapat segera pulih.
“Rencana besarnya, Indonesia mampu menarik kembali minat wisatawan mancanegara. Ketika hal itu terjadi, destinasi pariwisata pun sudah siap dengan dengan sejumlah infrastruktur yang memadai,” imbuhnya.