Ukiran Dinding Gua Ungkap Hubungan Warga Lokal dengan Penjelajah Eropa

By , Jumat, 22 Juli 2016 | 08:00 WIB

Para arkeologi yang menelusuri kepulauan Karibia dekat Puerto Rico, kembali dengan sejumlah foto yang belum pernah ada dalam lukisan-lukisan gua manapun. Seseorang mengatakan bahwa temuan itu mencoba mengungkapkan hubungan yang tak pernah dibicarakan antara masyarakat adat dengan para penjelajah Eropa.

Dari foto berseri yang dipublikasikan minggu ini di jurnal Antiquity, batuan pada dinding gua di Isla Mona (atau yang dikenal dengan Mona Island) dipenuhi ukiran simbol-simbol Kristen dari angka-angka berbentu garis seperti tongkat hingga simbol-simbol Kristen.

"Tidak ada gua di Karibia seperti ini yang ditemukan hingga saat ini," ujar Dr. Alice Samson dari University of Leicester. "Ini pasti ukiran prasasti pertaama yang membicarakan mengenai agama adat."

Para peneliti memperkirakan tanda-tanda itu ada ratusan tahun yang lalu. Dan para peneliti menunjuk tanda terbaru yang ada dibuat pada abad 16, yang sengaja ditempatkan di area yang tidak merusak area lainnya.

"Orang-orang Eropa tidak menghancurkan ukiran ukiran itu," jelas Dr. Jago Cooper, kurator Amerika di British Museum yang memimpin penelitian dengan Samson.

Sebagai gantinya, Cooper mendeskripsikan koloni tersebut menanamkan tanda mereka di sekitas orang-orang adat dengan rasa hormat.

Oran-orang Eropa itu juga menngambarkan ukiran jari orang adat disana yang disebut dengan jari beralur. Samson menunjukkan bahwa frase Kristen yang tertulis dalam bahasa latin dan diukirkan dekat ukiran tersebut berada untuk menghormati si pembuat ukiran tersebut.

Detail dari frase menurut laporan mereka bertuliskan "dios te perdone", yang jika diterjemahkan artinya "Tuhan mengampuni anda", dan "Plura fecit deus" yang artinya "Tuhan menciptakan banyak hal".

"Anda bisa menginterpretasikannya dengan berbagai cara," ujarnya.

Cooper percaya bahwa orang-orang Kristen Eropa ingin menyampaikan penghargaan mereka terhadap para masyarakat lokal dan mengindikasikan bahwa mereka diterima dalam sebuah kesetaraan yang sama dengan warga lokal.

"Itu mengatakan bahwa orang-orang adat adalah orang-orang Tuhan," katanya.

Tidak adanya perilaku melecehkan dari orang Eropa merupakan hal yang penting. Karena sikap intoleransi terhadap agama dan pengerusakan budaya adalah hal biasa bagi mereka.

Para peneliti percaya bahwa para penjelajah yang kebanyakan datang dari Spanyol yang datang pasa masa Inkuisisi Spanyol, ketika banyak orang-orang adat yang dipaksa menganut katolik.