Hawa sejuk dan segar terasa di dalam Hutan Pinus Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ribuan pohon pinus yang menjulang tinggi seolah menutupi langit, tak heran panas matahari hanya terasa sedikit di kulit. Sinar matahari hanya tampak menyelinap di celah-celah pohon.
Inilah satu obyek wisata yang tengah populer di media sosial (medsos), yaitu Hutan Pinus Dlingo, yang masuk wilayah Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul.
Hutan ini padat pengunjung. Mereka tak akan melewatkan diri untuk melakukan selfie di antara kaki pinus. Seperti halnya banyak pengunjung yang merentang hammock atau tempat tidur gantung di antara batang pinus, bahkan ada yang membiarkan diri tertidur diterpa semilir angin dan kesejukan hutan. Mereka berfoto ria denganhammock itu.
Sementara itu, di sudut lain, ada pasangan muda-mudi melakukan pemotretan pre-wedding di sana. Sedangkan di sisi lain, rombongan keluarga menikmati hutan ini sambil makan bersama.
Seperti halnya Gining, pekerja swasta dari Bogor, Jawa Barat. Ia memilih tanah yang lebih datar dan agak lapang di antara kaki-kaki pinus untuk menghampar tikar plastik anyaman yang mampu memuat 10 orang dewasa.
Di tengah tikar, Gining menata satu ceting nasi putih hangat, satu bakul mi goreng, belasan lembar telur dadar, satu piring baceman tahu dan ayam, satu termos air panas, dan seplastik rendang. Selain itu, juga menata belasan piring plastik lengkap dengan sendok garpunya dan sekardus air mineral.
Seketika kemudian, 11 orang termasuk dua remaja dan dua balita merubung makanan dan segera menyantapnya. Sebentar saja. Anak-anak mereka tak betah hanya duduk dan makan.
Anak-anak terpancing ribuan batang pinus berdiri tegak tak beraturan terhampar di hadapan mereka. Pinus-pinus itu berdiri di kontur tanah jurang yang sangat landai.
Tanahnya tak ditutup rumput, tak ditemukan sampah plastik bekas makanan, minuman, bahkan puntung rokok. Anak-anak menjadi manusia yang lebih dulu tertarik untuk main di antara batang pohon kokoh pinus itu.
Gining dan keluarganya salah satu dari banyak sekali keluarga yang memanfaatkan rekreasi di antara kaki pinus itu untuk menghabiskan hari-harinya semasa cuti di Yogyakarta. Ia memilih tempat itu jadi destinasi pilihan setelah menemukannya di Facebook dan Instagram.
“Seperti hutan pinus luar negeri. Jadi kami pilih ke sini dulu sebelum ke wisata lain di Bantul,” kata Gining.
Tak sedikit seperti Gining. Nama daerah itu tersiar berkat media sosial. Pemda mengelolanya dengan apik. Dengan kondisinya saat ini saja, hutan itu sering dimanfaatkan sebagai tempat piknik keluarga. Pengunjungnya tak hanya berasal dari Yogyakarta, tetapi juga dari luar kota, bahkan luar Pulau Jawa.
Seperti halnya Gining. Ia menyewa mobil untuk membawa belasan kerabatnya dari Kulon Progo ke Bantul. Mereka sejak semula sudah menetapkan akan makan siang dulu sebelum mengeksplor wisata Bantul.
Dari Kulon Progo menuju Dlingo, mereka lewat jembatan Kali Progo. Setelah hampir satu jam perjalanan, mereka harus melewati jalanan sempit dan menanjak menuju hutan pinus. Tak perlu menentukan kapan waktu terbaik ke hutan pinus lantaran setiap saat adalah waktu terbaik.
Memasuki lokasi Hutan Pinus memang tidak dikenakan tarif, hanya parkir untuk sepeda motor sebesar Rp 3.000, mobil Rp 10.000, bus Rp 20.000, serta pre-wedding dan fotografi masing-masing dikenakan biaya sebesar Rp 50.000.
“Piknik di sini puas banget. Murah, bersih, dan sejuk. Cakep banget untuk foto-foto di sini. Hutannya mirip di luar negeri kayak di film-film ya,” ujar Tara, remaja putri yang datang ke sini bersama kerabatnya dari Kalimantan. Ia tak menyangka ada tempat seperti ini di Yogyakarta.
Hutan ini telah dikelola baik. Lahan parkirnya luas sepanjang jalan, ada mushala, dan panggung yang terbuat dari kayu dengan tempat duduk penonton terbuat dari kayu juga, dan dibuat melingkar, seperti panggung teater.
Juga ada kantor kesekretariatan sebagai tempat bertanya-tanya seputar wisata Dlingo. Kantor itu juga tempat bertanya mengenai jumlah orang yang datang menikmati kenyamanan hutan ini saban harinya.
Totok, pegawai di Badan Pengelola, mengatakan, sehari bisa 1.000 motor parkir. "Bukan dihitung berapa orang yang datang, tetapi dari jumlah parkir yang lebih dari 1.000 motor dalam satu hari. Roda empat bisa 500-an jumlahnya," tambah Totok.