Berdasarkan Berita Xinhua, Lubang Naga (Dragon Hole), atau Londding, dengan kedalaman 987 kaki (300.89 meter), memegang rekor kedalaman yang mengalahkan Dean's Blue Hole di Kepulauan Bahama (kedalaman 663 kaki/202 meter).
Menurut Xinhua, dalam legenda lokal, Dragon Hole sendiri disebutkan dalam novel dinasti Ming "Perjalananan Menuju Barat", dimana seekor kera sakti memperoleh gada sakti dari kerajaan bawah laut yang dipimpin oleh naga.
Penemuan ini telah memberi konfirmasi serta pandangan kepada para ilmuwan di lapangan bahwa jika mereka bertahan, pengukuran Dragon Hole mungkin akan mendapatkan kedalaman yang lebih dibandungkan dengan Blue Dean's Hole, jelas Pete van Hengstum, ahli geologi kelautan di Texas A&M University di Galveston, yang melakukan penelitian tentang lubang biru dan lubang di seluruh wilayah Karibia.
Keajaiban Bawah Laut
Lubang biru (Blue Holes) sendiri merupakan sebuah lubang yang terisi air, yang terbantuk dari batu-batuan berkarbonat.Setelah waktu yang snagat lama, batuan karbonat itu larut dalam lapisan bawah permukaan yang kemudian membentuk gua atau rongga, ujar van Hengstum.
"Akhirnya, proses perpecahan menyebabkan gua menjadi sangat dekat dengan permukaan bumi, dan jika langit-langit runtuh, sebuah lubang akan terbentuk," ujarnya.
Sejumlah lubang, seperti Dragon Hole, terdapat di lingkungan kelautan ketimbang di daratan.
Yang masih menjadi misteri hingga saat ini adalah faktor apa yang mempengaruhi perkembangan lubang itu sendiri. Reaksi kimiawi antarmuka air asin dan air tawar mampu menghasilkan zat yang mampu memakan batuan kapur dan batuan karbonat lainnya, jelas Lisa Park Boush, ahli ilmu bumi dari University of Connecticut. Hasilnya, meningkat dan menurunnya tingkat laut mampu mempengaruhi kapan dan dimana lubang biru terbentuk.
"Sejumlah tim peneliti melihat adanya proses mikrobial," ujar Boush. Dalam beberapa kasus, aktivitas mikroba mampu membentuk batuan dan berkontribusi dalam membentuk lubang biru tersebut.
Kehidupan dalam Lubang Biru
"Menarik untuk melihat bagaimana sebenarnya kehidupan dalam lubang biru itu sendiri," ujar Boush, yang kemudian menyebut lingkungan lubang biru itu dengan sebutan "cryptic".
Para ilmuwan bersama kapal dari Sansha Course Research Institute for Coral Protection di Cina menggunakan robot bawah laut dan sensor kedalaman untuk melakukan investigasi mengenai lingkungan Dragon Hole yang misterius, yang bagiannya dikenal dengan sebutan Yongle.
Mereka menemukan 20 organisme laut yang tinggal dalam lubang tersebut. Di kedalaman 100 meter, air asin yang terdapat dalam lubang hampir tidak memiliki oksigen.
Hal tersebut yang menybabkan kegiatan menyelam menjadi sangat berbahaya.
"Satu alasan mengapa ini menjadi sangat berbahaya, karena kandungan oksigen yang sangat terbatas," ujarnya. "Dan terkadang air mengandung unsur belerang."
Penyelam yang berpengalaman bisa saja melakukan perjalanan itu, ujar van Hengstum. Dalam kasus lain, para peneliti menempatkan kapal mereka di bagian kanan permukaan lubang biru tersebut, dan mengirimkan peralatan kebawah untuk mengetahui kedalaman, temperatur, kandungan oksigen, dan faktor lainnya.
Boush dan van Hengstum meneliti batuan sedimen yang ada di dalam lubang untuk mengetahun informasi dari keadaan lingkungan yang lama dan perubahan iklim serta fosil.
Dragon Hole yang ada di Cina Selatan kemungkinan memiliki lingkungan yang sama dengan lubang di kepulauan Bahama. Banyak lubang yang dibanjiri air asin selama masa glasial ketika tingkat laut rendah.
Lubang di kepulauan Bahama memiliki dinding dari batuan karbonat dengan ketebalan 2000 kaki. Beberapa batuan karbonat dibentuk oleh organisme terumbu karang yang mengeluarkan kalsium karbonat sebagai struktur pelindung. Kalsium karbonat berasal dari berbagai tempat, salah satunya alga berkapur, bahkan kotoran ikan.