Sebuah makalah terbaru dipublikasikan di Royal Society of Open Science menyebutkan satu nama pria sebagai pelaku penipuan atas sebuah temuan arkeologi.
Hal tersebut berawal di tahun 1912, ketika Charles Dawson, seorang pengacara profesional dan pemburu fosil amatir, menemukan fragmen dari tulang manusia, sebuah tulang rahang mirip kera dengan dua gigi molar atau geraham yang usang, sejumlah peralatan batu, dan fragmen dari fosil hewan di sebuah lubang di Inggris. Semua fosil memiliki noda merah kecokelatan.
Dawson membawa temuannya itu ke pakar paleotologi Arthur Smith Woodward. Ketika mereka mengumumkan temuan mereka itu, penemuan itu pun menggemparkan kelompok ilmuwan.
Tulang itu, yang ilmuwan namai Piltdown Man telah hidup sejak 500.000 tahun yang lalu, adalah hubungan evolusi yang hilang antara kera dan manusia.
Beberapa fragmen fosil lain kemudian diekskavasi dari lokasi temuan, dan setahun sebelum kematian Dawson tahun 1915, ia mengklaim bahwa dirinya telah menemukan fragmen dari tulang yang lain di lokasi kedua beberapa mil dari lokasi penemuan pertama.
Namun ada sesuatu yang ganjil dari temuan itu.
Konspirasi Pengetahuan Paling Terkenal
Tahun 1950-an, para ilmuwan melakukan penelitian kembali para tulang-tulang tersebut menggunakan teknologi baru dan menemukan sesuatu yang aneh: tulang-tulang tersebut memiliki perbedaan usia.
Tulang bagian atas berusia 50.000 tahun dan tulang rahang yang diketahui para ilmuwan saat ini datang dari orangutan, hanya berusia beberapa dekade saja. Bukti menunjukkan bahwa fosil tersebut diberikan sebuah zat yang mampu memberikan penampilan noda merah kecokelatan pada fosil tersebut.
Penipuan atas Piltdown Man itu pun menjadi konspirasi ilmu pengetahuan sepanjang waktu.
Woodward nampaknya juga tergoda untuk mengikuti langkah Dawson. Kecuali ia menghabiskan sisa hidupnya untuk melanjutkan perburuan lebih dari fosil-fosil ini.
Dawson pun diduga sebagai tersangka utama, namun apakah ia melakukannya sendirian? Banyak dugaan yang menunjukkan bahwa ia dibantu juga oleh Jennifer Ouellette di Gizmodo.
Beberapa berargumen bahwa pendeta Prancis, Pierre Teilhard de Chardin menanamkan gigi di lokasi temuan. Bahkan Sir Arthur Conan Doyle, penulis Sherlock Holmes juga diduga turut membantu Dawson.
Namun makalah terbaru membersihkan nama-nama terduga tersebut, dan meletakan Dawson sebagai satu-satunya pelaku dalam kasus ini. Makalah ini menunjukkan bahwa setiap spesimen yang pernah ditemukan Dawson patut dicurigai, bahkan setelah kematiannya.
Dawson tahu bahwa ilmuwan Inggris berharap ingin melihat "Otak yang besar, wajah dan rahang seperti kera, material fosil yang berat yang mengindikasikan temuan yang hebat", sehingga ia memberikan apa yang mereka cari.
Sebuah Kisah untuk 'Peringatan'
Untuk makalah terbaru, peneliti menggunakan teknologi scanning terbaru dan analisis DNA untuk melakukan investigasi fosil. Mereka pun meyakini bahwa tulang dan rahang itu milik orangutan, yang mereka duga dibeli di toko barang antik.
"Dempul itu dilukiskan dibagian atas dan dalam beberapa kasus digunakan oleh pencuri," ujar Michael Price kepada majalah Science.
Publikasi penelitian ini dilakukan dalam perayaan ulang tahun Dawson yang ke-100, dan penipuan ini memberikan sebuah pelajaran yang sangat berharga.
"Pitldown Man adalah contoh yang bagus untuk kita mundur ke belakang dan melihat bukti atas apa yang benar dan tidak meskipun itu telah terbentuk sebelumnya dalam diri kita," ujar Isabelle de Groote, seorang pakar palaeoantropologi di John Moores University, Liverpool.