Hasil Studi Terbaru: Percaya Horoskop Tanda Kecerdasan Rendah

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 28 Desember 2021 | 08:00 WIB
Hasil studi membuktikan bahwa orang yang percaya akan horoskop memiliki kecerdasan rendah. (Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Astrologi adalah praktik kuno yang tetap populer di banyak tempat di dunia. Kata astrologi berasal dari bahasa Yunani astron, yang berarti bintang. Astrologi mengacu pada studi tentang pergerakan, posisi, dan aspek lain dari bintang dan planet dengan tujuan memperoleh pengetahuan tentang kehidupan manusia dan peristiwa masa depan.

Secara umum, orang tertarik pada penjelasan atau prediksi astrologi selama masa stres, kebingungan, dan ketidakpastian. Misalnya, selama masa pergolakan sosial dan politik seperti menghadapi revolusi atau pandemi serta krisis pribadi seperti mengalami penyakit serius.  Banyak yang beralih ke astrologi sebagai cara untuk mengatasi dan merasa hidup dapat dikendalikan atau setidaknya dapat diprediksi.

Adapun pendorong lain dari perbedaan keyakinan individu dalam astrologi, yakni faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, spiritualitas, gaya berpikir, sikap, kepribadian, dan kemampuan kognitif dapat berperan. Ini membawa kita ke studi terbaru oleh Andersson dan rekan-rekannya dari Swedia, yang akan diterbitkan dalam Personality and Individual Differences edisi Maret 2022, yang menunjukkan bahwa kepercayaan pada astrologi dikaitkan dengan narsisme yang lebih tinggi dan kecerdasan yang lebih rendah.

Mengapa narsisme lebih tinggi? Mungkin karena fokus pada diri sendiri dan tempat khusus seseorang di alam semesta menarik bagi para narsisis. Selain itu, keyakinan paranormal dan takhayul tertentu, seperti keyakinan narsisis tentang kemampuan superior mereka sendiri (misalnya, “Saya paranormal”) mungkin juga membuat narsisis merasa istimewa dan superior.

Lalu, bagaimana bisa orang yang percaya astrologi dikaitkan dengan kecerdasan lebih rendah? Ya, hal ini berpotensi karena kepercayaan pada paranormal sering dikaitkan dengan kurangnya pemikiran kritis.

Orang yang percaya akan astrologi mungkin menganggap kausalitas supernatural untuk peristiwa dan, karena kecerdasan dan kemampuan kognitif yang lebih rendah, gagal untuk menyesuaikan pemikiran mereka ketika disajikan dengan bukti empiris yang bertentangan.

Dengan mengingat pengantar ini, sekarang saatnya untuk memeriksa temuan penelitian oleh Andersson dan kolaboratornya, yang mengevaluasi hubungan antara astrologi, kecerdasan, dan kepribadian (khususnya narsisme).

Menyelidiki astrologi, kepribadian, dan kecerdasan

Sampel termasuk 264 orang, 87 persen di antaranya wanita, dengan rentang usia 25 hingga 34 tahun. Mereka menyelesaikan tes berikut: The Belief in Astrology Inventory (BAI), Skala Kepribadian IPIP-30, Dark Triad Kepribadian (Narsisme).

Kecerdasan dievaluasi menggunakan empat item rotasi tiga dimensi (mengukur penalaran visual-spasial) dari Sumber Daya Kemampuan Kognitif Internasional.

Hubungan antara astrologi, narsisme, dan kecerdasan

Bagi banyak orang, belajar tentang astrologi dan grafik astrologi. Nembaca horoskop adalah hobi yang tidak berbahaya. Namun, bagi sebagian orang, astrologi adalah kepercayaan yang dipegang teguh. Orang-orang ini menghabiskan banyak waktu membaca horoskop dan mungkin menghabiskan banyak uang untuk berkonsultasi dengan astrolog dan peramal atau peramal lainnya.

Mungkinkah mereka yang memegang keyakinan kuat dalam astrologi berbeda dari rata-rata orang dalam hal-hal penting? Ya, menurut penelitian ini, yang menemukan bahwa kepercayaan yang lebih tinggi pada astrologi terkait dengan narsisme yang lebih tinggi.

Orang-orang cerdas cenderung tidak percaya pada astrologi

Para peneliti berspekulasi hubungan positif antara kepribadian narsistik dan kepercayaan pada astrologi adalah karena "pandangan dunia yang berpusat pada diri sendiri yang menyatukan mereka."

Baca Juga: Asal Mula Astrologi, Kenapa Ramalannya Terasa Relevan untuk Kita?

Selain itu, aspek budaya milenium dapat menekankan keunikan individu yang mungkin mengarah pada pandangan dunia yang lebih egosentris, dan dengan demikian berhubungan dengan sifat narsistik. Prediksi astrologi dan horoskop cenderung dibingkai secara positif, ini memperkuat perasaan muluk dan dengan demikian mungkin lebih menarik bagi para narsisis.

Analisis data juga menunjukkan narsisis cenderung berasumsi secara keliru bahwa kepercayaan pada astrologi didukung oleh bukti ilmiah.

Temuan tambahan adalah bahwa orang-orang cerdas cenderung tidak percaya pada astrologi, sedangkan orang-orang yang menyenangkan lebih cenderung percaya padanya.

Baca Juga: Penjelasan Sains Ringkas, Perbedaan antara Astronomi dan Astrologi

Studi yang ditinjau memiliki sejumlah keterbatasan, seperti kurangnya pengambilan sampel secara acak, sebagian besar pesertanya adalah wanita muda, dan penggunaan skala versi yang lebih pendek. Oleh karena itu, penelitian masa depan perlu mereplikasi temuan ini. Sampai saat itu, kita harus menahan diri dari menarik kesimpulan kuat tentang kepercayaan pada astrologi dan hubungannya dengan narsisme yang lebih tinggi dan kecerdasan yang lebih rendah.

Namun demikian, seperti yang dikatakan penulis, ini adalah bidang penelitian yang penting, karena kepercayaan pada astrologi dapat dikorelasikan dengan kepercayaan pada pseudosains lain dan bahkan teori konspirasi.

Baca Juga: Bagaimana Ramalan-Ramalan Nostradamus Dapat Memengaruhi Dunia Kita?