“Yang kami telah temukan bukan hal yang mampu mencegah konflik. Ini adalah tentang bagaimana anda menghadapinya dan bagaimana anda merespon hal tersebut. Tidak secara individu, namun sebagai sebuah kerja sama kelompok.”
“Ini tentang kerja sama kru dan penampilan mereka, jadi bagaiamana kita menjaga kru tetap bekerja sama?” ujar kepala investigator HI-SEAS, Kim Binsted.
“Yang kami telah temukan bukan hal yang mampu mencegah konflik. Ini adalah tentang bagaimana anda menghadapinya dan bagaimana anda merespon hal tersebut. Tidak secara individu, namun sebagai sebuah kerja sama kelompok.”
Hal itu menjadi benar di kehidupan nyata sesungguhnya. Kepala kru Carmel Johnston mengatakan bahwa mereka mempelajari segala hal yang bisa saja salah ketika nanti berada di ruang angkasa dan mencegah hal itu terjadi.
Simulasi dalam simulasi
Setidaknya ada dua anggota yang menghadapi kematian salah satu dari anggota keluarga mereka ketika berada dalam simulasi. Anggota lainnya harus kehilangan momen pernikahan dan kelahiran. Liburan datang dan pergi, mereka merayakannya hanya lewat pesan singkat, email, dan rekaman video.
Namun kru menikmati teknologi Virtual Reality (VR) untuk pertama kalinya. Peneliti menghidupkan lingkungan VR dalam area terebut untuk membiarkan para anggota untuk membangun realitas mereka sendiri dan merasakan 30 pengalaman VR berbeda.
Tristan Bassingthwaighte memiliki waktu yang menyenangkan dengan lingkungan VR nya, dengan membangun sebuah rumah pohon.
“Saya mengambil ruang paling besar yang masih teredia, dan meletaknnya di sana, dan ini mulai menjadi gila,” ujar Bassingthwaighte. “Membuat sebuah lounge raksasa yang dipenuhi dengan seni alam dan air terjun dengan harimau yang menjaganya.
Di samping VR, waktu pribadi dan ruang sungguh minim. Melarikan diri dari kubah sama sekali dengan menjelajah dunia luar dengan perlengkapan ruang angkasa yang lengkap dan menghadapi area dengan pemandangan batuan vulkanik yang tajam.
“Anda membutuhkan waktu untuk anda sendiri. Orang-orang adalah mahluk sosial, namun tidak sepanjang waktu.”
“Ini menjadi waktu untuk menyendiri yang pernah saya lakukan selama setahun,” ujarnya. “Anda membutuhkan waktu untuk anda sendiri. Orang-orang adalah mahluk sosial, namun tidak sepanjang waktu.”
Tinggal di Mars dengan atmosfer yang membuat kita tak bisa bernafas, kurangnya air, dan hal-hal beracun, akan menjadi tantangan terberat bagi astronot. Namun psikologi mereka ketika mengarungi ruang angkasa juga menjadi perhatian. Tidak ada hari libur, dan secara konstan mereka akan menerima tekanan secara kemanusiaan.
“Kami merepresentasikan orang-orang di Bumi,” ujar Gifford. “Anda tidak dapat datang kesini, sehingga kami yang datang untuk anda.”