Seberapa Banyak Olahraga yang Paling Baik untuk Cegah Hipertensi?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 28 Desember 2021 | 14:00 WIB
Olahraga mampu mencegah hipertensi di usia tua. (nd3000/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa jika Anda ingin melindungi diri dari tekanan darah tinggi seiring bertambahnya usia, Anda perlu rajin berolahraga setidaknya sampai usia paruh baya. Sayangnya, faktor sosial dapat membuat olahraga rutin lebih sulit dilakukan oleh sebagian orang daripada yang lain, menurut sebuah penelitian terhadap lebih dari 5.000 orang di 4 kota Amerika Serikat.

"Remaja dan mereka yang berusia awal 20-an mungkin aktif secara fisik, tetapi pola ini berubah seiring bertambahnya usia," kata Kirsten Bibbins-Domingo, ahli epidemiologi dari University of California, San Francisco (UCSF) yang menjadi salah satu penulis dalam studi baru ini, seperti dilansir Science Alert. Makalah studi ini telah diterbitkan pada April 2021 di American Journal of Preventive Medicine.

Sejumlah penelitian lain telah menunjukkan bahwa olahraga bisa menurunkan tekanan darah. Adapun peneliti baru pada 2021 ini menunjukkan bahwa "mempertahankan aktivitas fisik selama masa dewasa muda -pada tingkat yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan sebelumnya- mungkin sangat penting" untuk mencegah hipertensi, ujar Bibbins-Domingo.

Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah kondisi serius yang mempengaruhi miliaran orang di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Kondisi ini juga merupakan faktor risiko yang bisa mengembangkan penyakit demensia di kemudian hari.

Lebih dari satu dari empat pria dan sekitar satu dari lima wanita mengalami hipertensi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sayangnya, kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi bahkan tidak tahu bahwa mereka memiliki penyakit tersebut. Itulah sebabnya kenapa hipertensi kerap disebut sebagai "pembunuh senyap".

Dalam studi kali ini, para peneliti menyoroti dampak olahraga terhadap pengurangan risiko hipertensi. Lebih dari 5.100 orang dewasa direkrut untuk penelitian ini. Ksehatan mereka selama tiga dekade dilacak dengan penilaian fisik dan kuesioner tentang kebiasaan olahraga, status merokok, dan asupan alkohol mereka.

Pada setiap penilaian klinis, tekanan darah diukur tiga kali. Dan untuk menganalisis data, para peserta dikelompokkan ke dalam empat kategori berdasarkan ras dan jenis kelaminnya.

Secara keseluruhan, tingkat aktivitas fisik ditemukan merosot pada orang-orang dari usia 18 menjadi 40 tahun. Tingkat hipertensi mereka ditemukan meningkat dan aktivitas fisik mereka menurun selama beberapa dekade berikutnya.

Menurut para peneliti, ini menunjukkan bahwa masa dewasa muda adalah jendela penting untuk intervensi guna mencegah hipertensi paruh baya dengan program promosi kesehatan yang dirancang untuk meningkatkan olahraga.

"Hampir setengah dari peserta kami di masa dewasa muda memiliki tingkat aktivitas fisik yang kurang optimal, yang secara signifikan terkait dengan timbulnya hipertensi, menunjukkan bahwa kita perlu meningkatkan standar minimum untuk aktivitas fisik," kata Jason Nagata, seorang ahli kedokteran dewasa muda di UCSF yang menjadi penulis utama studi ini.

Ketika para peneliti mengamati orang-orang yang telah melakukan lima jam olahraga sedang dalam seminggu selama masa dewasa awal –dua kali lipat jumlah minimum yang saat ini direkomendasikan untuk orang dewasa– mereka menemukan tingkat aktivitas ini menurunkan risiko hipertensi secara signifikan. Penurunan risiko ini ditemukan terutama jika orang-orang mempertahankan kebiasaan mereka sampai usia 60 tahun.

Baca Juga: Kunci Kebahagiaan: Konsumsi Buah dan Sayur serta Olahraga Rutin

"Mencapai setidaknya dua kali pedoman minimum [aktivitas fisik] dewasa saat ini mungkin lebih bermanfaat untuk pencegahan hipertensi daripada sekadar memenuhi pedoman minimum," tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Tidaklah mudah untuk meningkatkan aktivitas fisik mingguan di tengah banyak keputusan yang mengubah hidup dan tanggung jawab yang berkembang.

"Ini mungkin terutama terjadi setelah sekolah menengah ketika kesempatan untuk aktivitas fisik berkurang ketika orang-orang dewasa muda beralih ke perguruan tinggi, angkatan kerja, dan menjadi orang tua, dan waktu luang terkikis," papar Nagata.

Baca Juga: Tekanan Darah yang Optimal Membantu Otak Kita Tetap Awet Muda