Pertama Kalinya, Wilayah Otak yang Merespons Klitoris Dipetakan

By Utomo Priyambodo, Rabu, 29 Desember 2021 | 13:00 WIB
Klitoris. (Helen O'Connell/Wikimedia Commons)

Pada dasarnya, korteks somatosensori menerima dan memproses informasi sensorik dari seluruh tubuh. Setiap bagian tubuh berhubungan dengan area korteks yang berbeda sehingga membentuk peta representasional.

Hingga saat ini, bagian dari peta yang berhubungan dengan alat kelamin perempuan masih menjadi bahan perdebatan. Penelitian sebelumnya terkadang menempatkannya di bawah representasi kaki, yang lain di dekat pinggul.

Penyebabnya adalah teknik stimulasi yang tidak tepat. Misalnya, selama stimulasi manual yang dilakukan oleh diri sendiri atau pasangan, bagian tubuh lain disentuh pada saat yang sama, atau proses yang memicu gairah, yang mengaburkan hasil.

Wilayah atau area di otak wanita yang merespons rangsangan seksual. (Knop et al., JNeurosci 2021)

Pada tahun 2005, peneliti lain mampu mengembangkan teknik yang menyebabkan rangsangan taktil yang sangat lokal untuk penis, memungkinkan mereka untuk menemukan wilayah yang tepat yang dikhususkan untuk area ini pada pria. Tapi tidak ada terobosan serupa untuk perempuan.

Dalam studi baru kali ini, dipilihlah 20 wanita dengan kondisi kesehatan yang baik dan berusia antara 18 dan 45 tahun. Untuk melakukan stimulasi, para peneliti merancang sebuah benda bulat kecil khusus untuk tugas tersebut.

Para sukarelawan distimulasi delapan kali, selama 10 detik setiap stimulasi, dan diselingi dengan 10 detik istirahat. Perangkat yang sama digunakan di punggung tangan kanan sebagai kontrol.

Hasil pencitraan otak mengkonfirmasi bahwa korteks somatosensori mewakili respons atas sentuhan pada alat kelamin wanita tersebut, tetapi lokasi yang tepat bervariasi untuk setiap wanita yang diuji.

Para peneliti kemudian menyelidiki apakah area ini memiliki karakteristik yang berbeda tergantung pada aktivitas seksual. Ke-20 wanita itu ditanya tentang frekuensi hubungan seksual mereka selama setahun terakhir, serta sejak awal kehidupan seksual mereka.

Kemudian, untuk masing-masing dari mereka, para peneliti menentukan sepuluh titik paling aktif di otak selama stimulasi, dan mengukur ketebalan area tersebut.

Baca Juga: Membedah Kondisi Psikologis dan Isi Kepala dari Penjahat Kelamin

"Kami menemukan hubungan antara frekuensi hubungan seksual dan ketebalan bidang genital yang dipetakan secara individual," kata Heim. Semakin banyak hubungan seksual yang pernah dilakukan, semakin besar wilayahnya.

Para peneliti masih belum berani menyimpulkan apakah area yang lebih besar ini menghasilkan dorongan seksual yang lebih tinggi. Mereka menegaskan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut ke depannya.

Baca Juga: Setengah Wanita Yang Terkena Kanker Payudara Memiliki Masalah Seksual

Studi ini juga tidak menyimpulkan apakah area yang lebih besar ini menghasilkan persepsi atau penerimaaan rangsangan seksual yang lebih baik, ataupun sebaliknya. Namun Heim sendiri sebelumnya telah menunjukkan dalam sebuah studi tahun 2013 bahwa orang-orang yang pernah mengalami kekerasan seksual traumatis memiliki penipisan area otak yang dikhususkan untuk alat kelamin.

"Kami berspekulasi saat itu, bahwa ini bisa menjadi respons otak untuk membatasi persepsi yang merugikan dari pelecehan," katanya.

Dia berharap penelitiannya akan membantu menginformasikan terapi masa depan yang bertujuan untuk merehabilitasi wilayah ini di antara para penyintas pelecehan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terus ke depannya.

Baca Juga: Pertama Kali Terjadi, Demam Berdarah Ditularkan Lewat Hubungan Seks