Nationalgeographic.co.id - Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya secara psikologis memiliki peluang untuk menjadi penjahat kelamin, atau predator seksual.
Meski demikian, hanya satu persen saja dari perempuan yang kemungkinan melakukannya, sedang laki-laki bisa tujuh hingga 10 persen. Bahkan tiga sampai empat persen laki-laki mengaku mengincar anak-anak (pedofilia). Sehingga laki-laki lebih berisiko menjadi predator seksual.
Banyak pihak, termasuk psikolog konservatif, menyarankan perkawinan adalah terapi, karena memiliki keuntungan secara reproduksi. Tetapi beberapa kalangan menolak, dan membandingkan kondisi sosial yang diterima pada pelaku seksual perempuan dan pihak perempuan yang akan dinikahi akan sulit mendapatkan tawaran itu.
Melalui tulisan ini, National Geogaraphic Indonesia akan memaparkan bagaimana kondisi psikologis dan isi otak dalam perilaku kejahatan seksual.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR