Sejarah Kosmetik Kuno yang Mengandung Racun

By , Jumat, 23 September 2016 | 13:00 WIB

Sejak dahulu, alat-alat kosmetik tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari para wanita. Jika sekarang kita mudah menemukan produk kosmetik yang berbahan alami dan aman untuk kulit, pada masa lampau sebagian besar produk kosmetik terbuat dari bahan-bahan berbahaya.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Mikrob yang Bisa Menunjukan Kehidupan Tersembunyi di Mars

Berikut ini beberapa contoh kosmetik kuno dengan bahan berbahaya dari penjuru dunia:

Mesir

Cleopatra dikenal sebagai lambang kecantikan wanita Mesir kuno. Ia selalu tampil dengan eyeliner tebal. Tetapi sebenarnya, dia bukanlah satu-satunya wanita Mesir kuno dengan riasan wajah yang khas.

Cleopatra VII merupakan ratu Mesir kuno, anggota terakhir dinasti Ptolemeus. Walaupun banyak ratu Mesir lain yang menggunakan namanya, dialah yang dikenal secara umum dengan nama Cleopatra. (Wikimedia Commons)

Pada masa itu, semua lelaki dan wanita Mesir merias mata mereka dengan bedak hitam dan hijau. Selain menjaga mata dari matahari, riasan ini dipercaya dapat melindungi penggunanya dari penyakit.

Mungkin keyakinan tersebut memang benar. Pasalnya, cat kelopak mata yang mereka kenakan mengandung garam timbal (timah hitam). Pada 2010, peneliti Prancis berpendapat bahwa garam timbal ini meningkatkan produksi nitrat oksida pada pemakainya, sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi mata.

Meski begitu, bukan berarti Anda harus mengikuti gaya Cleopatra dan merias kelopak mata Anda dengan eyeliner yang mengandung timbal. Di masa kuno, kebanyakan orang Mesir tak hidup lebih dari 30 tahun, sebab kontak terlalu lama dengan timbal dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Inggris

Para wanita di Kekaisaran Roma menggunakan riasan yang mengandung timbal untuk memutihkan wajah mereka. Pada abad ke-16 Masehi, para bangsawan Inggris melakukan hal serupa. Salah satu tokoh terkenal yang menggunakan riasan bertimbal ialah Ratu Elizabeth I.

Ratu Elizabeth I memerintah Kerajaan Inggris dan Irlandia dari 17 November 1558 hingga kematiannya. Ia kadang-kadang dijuluki "The Virgin Queen" (Ratu Perawan), karena tak pernah menikah dan memiliki keturunan. Ini adalah potret Ratu Elizabeth I ketika masih menjadi Putri Raja. (Wartburg.edu via Wikimedia Commons)

Ia menggunakan campuran timbal dan cuka yang dikenal sebagai bedak Venetian, atau ruh Saturnus, untuk menyembunyikan luka bekas cacarnya.

Meski melembutkan kulit dari hari ke hari, namun lama kelamaan, bedak tersebut menyebabkan kulit kehilangan warnanya, kerontokan rambut, dan gigi yang membusuk.

Amerika Serikat

Di akhir abad ke-19 Masehi, surat kabar di Amerika Serikat banyak yang mengiklankan wafer mengandung timah.

Dalam iklan itu, dijanjikan bahwa jika mengkonsumsi wafer tersebut, bintik-bintik, jerawat, dan noda pada wajah akan hilang. Produk ini mengandung racun, tetapi itu bukanlah rahasia, sebab tertulis di kemasannya, “Wafer Mengandung Arsenik”.

Arsenik dikenal sebagai zat beracun selama era Victoria, tetapi mungkin sebagian wanita pada masa itu menganggap, mengkonsumsi sedikit arsenik tidak akan berbahaya. Meskipun jumlah kecil arsenik dapat ditolerir oleh tubuh, mengkonsumsinya tetap beresiko, kecuali Anda benar-benar menginginkan berpenampilan putih dan pucat seperti mayat.

Kendati sebagian besar produk kecantikan yang tersedia saat ini menggunakan bahan-bahan yang lebih aman dan diproses dengan teknologi modern, masih banyak produk kosmetik yang menjanjikan kecantikan instan, ternyata mengandung bahan-bahan berbahaya.

Baca juga: Mengapa Sebuah Kota Bisa Kehabisan Pasokan Air?

Jadi, para wanita, berhati-hatilah memilih produk kosmetik. Kecantikan buatan tak sebanding dengan harga nyawa Anda.