Informasi ini akan membantu pengembangan alat pengambilan sampel di masa depan. Alat baru yang diharapakan bisa digunakan di Bulan, Mars, atau bahkan lebih jauh lagi.
"Pembukaan dan analisis sampel ini sekarang, dengan kemajuan teknis yang dicapai sejak era Apollo, dapat memungkinkan penemuan ilmiah baru di Bulan. Ini juga dapat menginspirasi dan memberi informasi kepada generasi penjelajah baru," jelas Francesca McDonald yang memimpin program kolaborasi ESA dengan ANGSA ini, seperti dilansir IFL Science.
"Kami sangat ingin mempelajari seberapa baik wadah vakum ini mengawetkan sampel dan gas-gas rapuh," katanya. Ia juga mengatakan bahwa "setiap komponen gas yang dianalisis dapat membantu menceritakan bagian yang berbeda dari cerita tentang asal dan evolusi volatil pada Bulan dan di dalam Tata Surya awal."
Apollo 17 adalah misi berawak terakhir ke Bulan dan juga yang pertama menyertakan ahli geologi profesional di antara para krunya, yakni Harrison Schmitt. Dalam modul yang membawa misi tersebut juga hadir lima tikus bernama Fe, Fi, Fo, Fum, dan Phooey.
Lembah Taurus–Littrow dipilih sebagai lokasi pendaratan misi Apollo karena kepentingan geologisnya, terutama kedekatannya dengan area vulkanik muda, yakni dataran lava Mare Imbrium yang telah dieksplorasi dan dianalisis oleh misi Apollo 15 tahun sebelumnya. Sekarang setelah NASA memiliki alat pembuka yang bertugas melepaskan sampel ini, Apollo 17 akhirnya bisa menyelesaikan misinya.
Baca Juga: Analisis Sampel Apollo Singkap Informasi Baru Mengenai Evolusi Bulan