4. Tuol Sleng, Kamboja
Ketika genosida Khmer Rouge berkuasa di Kamboja pada 1975, sekolah tinggi ini diubah menjadi penjara keamanan 21, sebuah pusat penahanan yang memfasilitasi penyiksaan dan pembunuhan ribuan orang. Tiga puluh menit ke arah selatan penjara, tubuh-tubuh pria dan wanita serta anak-anak termutilasi dibuang di kuburan massal yang berada di ladang-ladang pembantaian Choeung El. Setelah jatuhnya rezim pada 1979, Tuol Sleng berubah menjadi museum untuk mengenang para korban genosida dan kengerian yang ditimbulkan oleh Khmer Merah, yang bertanggung jawab atas kematian sekitar 1,7 juta orang selama masa pemerintahannya.
Tuol Sleng terletak di Ibukota Phnom Penh dan dapat dicapai dengan mudah menggunakan tuk-tuk atau taksi dari pusat kota. Perjalanan akan menghabiskan waktu selama 30 menit ke arah selatan menuju Choeung Ek Genocidal Center untuk pembelajaran sejarah yang lebih mendalam.
5. Devil’s Island, Guyana Prancis.
Koloni ini terletak di lepas pantai Atlantik indah Guyana Prancis yang dibangun pada 1850-an dan dibawah perintah Kaisar Prancis Napoleon III. Selama hampir satu abad, tempat ini merupakan rumah bagi puluhan ribu penjahat dan tahanan politik yang dibuang untuk melayani hukuman mereka dengan melakukan kerja paksa.
Para tahanan ditugaskan untuk bekerja di daerah camp yang membentang di pulau-pulau dengan menghabiskan waktu untuk membersihkan hutan, membangun jalan, dan membangun blok sel mereka sendiri. Perairan yang dipenuhi dengan hiu, medan yang tidak kenal ampun dan ancaman penyakit tropis membuat harpan melarikan diri dari penjara merupakan tugas yang mematikan.
Agar dapat mengunjungi pulau ini, para pengunjung dapat mengambil bus dari ibukora Cayenne selama satu jam menuju kota Kourou. Dari pelabuhan Kourou, sejumlah perusahaan boat menawarkan wisata sepanjang hari mengelilingi pulau-pulau tersebut.