Nationalgeographic.co.id—Tim peneliti berhasil mengekstak DNA dari semen kutu rambut yang ditemukan pada mumi purba di Amerika Selatan. Semen tersebut digunakan untuk merekatkan telur (nit) kutu rambut di kepala.
Menurut tim yang dipimpin oleh University of Reading, Inggris, DNA yang diekstraksi dari semen tersebut memiliki kualitas lebih baik. Tidak hanya itu, temuan ini mengandung lebih banyak DNA daripada gigi.
Dilansir dari Daily Mail, studi ini mengungkapkan petunjuk tentang pola migrasi manusia pra-Columbus di seluruh Amerika Selatan. Termasuk bahwa penduduk asli provinsi San Juan bermigrasi dari tanah dan hutan hujan Amazon di bagian utara benua.
“Ada pencarian alternatif sumber DNA manusia purba dan semen nit mungkin menjadi salah satu alternatif itu,” ujar Dr Mikkel Winther Pederson dari Universitas Kopenhagen, Denmark yang turut dalam studi kepada Daily Mail.
Mereka mendapat DNA dari telur kutu rambut yang ditemukan pada mumi berusia 1.500 hingga 2.000 tahun di Argentina. Peneliti menjelaskan, hal ini dimungkinkan karena sel-sel kulit dari kulit kepala terbungkus dalam semen yang diproduksi kutu betina saat menempelkan telur ke rambut.
Para ahli meyakini metode ini memungkinkan sampel yang lebih unik untuk dipelajari dari sisa-sisa manusia, bahkan ketika tidak ada sampel tulang atau gigi yang tersedia. Studi ini telah dipublikasikan di jurnal Molecular Biology and Evolution dengan judul Ancient human genomes and environmental DNA from the cement attaching 2.000 year-old head lice nits pada 28 Desember 2021.