Kisah Fotografer Moises Saman Mengabadikan Horor ISIS

By , Senin, 24 Oktober 2016 | 13:00 WIB
Fatima Shatti, seorang wanita Kurdi melarikan diri dari Kota Mosul yang pada waktu itu dikuasai ISIS, duduk di tanah kelelahan setelah berjalan selama berjam-jam di zona netral untuk mencapai pos pemeriksaan Peshmerga Kurdi di Bashiqa. (Moises Saman via National Geographic)

Apa yang tetap mengguncang Anda?

Saya harus sadar bahwa saya tidak dapat membiarkan hal-hal tak lagi mengejutkan saya. Jika sampai demikian, saya akan kehilangan bagian diri yang paling penting sebagai fotografer. Sudah tak terhitung lagi pemakaman yang saya hadiri. Saya juga sudah sering melihat orang kehilangan nyawanya. Tetapi saya harus mempertahankan hubungan dengan apa yang sedang terjadi. Saya selalu ingat untuk memberikan penghormatan yang layak. Hanya karena saya telah melihat kejadian semacam itu berulang kali, bukan berarti saya tidak terguncang setiap waktu.

Di dalam sebuah rumah di kota Fallujah, seorang tentara Irak memeriksa sel tahanan sementara yang digunakan oleh ISIS. (Moises Saman via National Geographic)

Dalam pandangan anda, bagaimana wajah Irak dan Suriah 10 tahun mendatang?

Saya pikir kita akan melihat aktor non negara—seperti ISIS, menjadi lebih relevan dengan wilayah tersebut. Lebih banyak suku dan sekterian. Saya tidak tahu apakah ini merupakan hal yang baik atau buruk ketika kita berpikir bagaimana seharusnya negara dijalankan. Tetapi mungkin begitulah caranya masyarakat ini ditakdirkan untuk diperintah.

Apa saran Anda kepada orang-orang yang ingin menjadi fotografer perang?

Ini jalan yang sulit. Risiko terbesar dari profesi ini mungkin dapat mengambil alih kehidupan pribadi  Anda. Sangat sulit bagi orang-orang yang peduli dengan Anda untuk menerima kenyataan ini. Tetapi, Anda juga perlu tetap terhubung dengan dunia di luar pekerjaan, atau Anda akan menjadi karikatur fotografer perang yang hanya berteman dengan fotografer perang lain. Usia saya 42 tahun sekarang, jadi mungkin saya melihat hal ini dari sudut pandang lain. Tetapi bagi fotografer muda, sangat penting untuk tetap terlibat dengan hal-hal selain fotografi, hal-hal yang dapat memperkaya hidup Anda dengan cara lain.

Mayat seorang tentara ISIS terletak di gurun di pinggiran Hajj Ali, Irak. (Moises Saman via National Geographic)

Bagaimana Anda menilai mana risiko yang layak diambil?

Tidak ada aturan pasti atau formulanya. Itu sangat tergantung pada situasi. Pada akhirnya menjadi semacam sebuah spekulasi. Semakin sering Anda menempatkan diri dalam situasi ini, hanya menunggu waktu sebelum akhirnya semua jadi kacau balau. Sebagian besar hal tersebut berkaitan dengan kesempatan, keberuntungan dan nasib.