Peran Soekarno dan Pusara Imam Bukhari yang Sempat Terlupakan

By Galih Pranata, Kamis, 30 Desember 2021 | 10:00 WIB
Soekarno dalam kunjungannya ke Masjid Biru dan pusara Imam Bukhari di Uzbekistan pada 1961. (Madain Project-en)

Menurut catatan perjalanan Tahir Anwar Pasha dalam tulisan Parvez, pusara sang Imam, masih mengeluarkan harum yang tercium saat ia dikebumikan.

Nahas, pada saat periode Soviet tengah berkuasa di kawasan Asia Tengah, makam itu dikunci dan dilupakan. Dibiarkan terlantar di tengah sunyinya perkebunan warga, yang bahkan banyak dari penduduk yang tak menyadari akan keberadaan pusara sang Imam.

"Tirai besi yang dipasang oleh rejim Komunis Uni Soviet, mematahkan koneksi dan keterkaitan budaya yang sudah berusia berabad-abad," tulis Iftikhar Gilani dalam artikelnya berjudul A journey to Uzbekistan, heart of the Silk Route, publish pada 2019.

Menurut Gilani, setelah invasi Soviet ke beberapa wilayah dalam distrik, Khanqah dan beberapa kota suci di sana mulai dikunci. Ratusan tempat peribadatan dan segala hal yang menyangkut ajaran keagamaan, dibekukan.

"Masjid dan mausoleum yang memenuhi Samarkhand, salah satu kota paling kuno di dunia, harus terkunci rapat," imbuhnya. Tak heran, makam Imam Bukhari yang akan mengundang perhatian muslim, disembunyikan dari pengetahuan dunia.

"Pada periode terburuk saat invasi Soviet, makam Bukhari telah dilupakan. Namun, ketika Presiden Indonesia Soekarno mengunjungi Moskow, ia meminta izin untuk mengunjungi dan berdoa di makam Imam al-Bukhari," sebutnya.

Baca Juga: Alat Politik Soekarno: Sepak Bola Sebagai Medium Perjuangan Bangsa

Soekarno dalam tulisan Gilani, adalah sosok yang dianggap berperan besar dalam menggali dan memunculkan kembali ghirah (semangat) Keislaman, melalui kunjungannya ke pusara Imam Bukhari.

Sebagaimana dilansir dari Madain Project dalam artikelnya berjudul Tomb of Imam al-Bukhari, pada kunjungannya kembali ke Uzbekistan di tahun 1961, Soekarno meminta izin kepada Nikita Khrushchev, untuk mengunjungi pusara Imam Bukhari.

Uni Soviet dan Indonesia yang telah memiliki hubungan bilateral yang harmonis, tak ingin merusaknya begitu saja. "Atas permintaan Soekarno, pemerintah Soviet berupaya menemukan (karena sudah terlupakan) dan memugar makamnya demi Soekarno," tulis Madain Project.

Potret pusara Imam Bukhari yang telah dipugar dan diperindah. (Madain Project-en)

"Menyusul Soekarno, pejabat tamu lainnya, Presiden Somalia yang bernama Madiba Keith, juga meminta izin untuk berkunjung," lanjutnya lagi. Kunjungan-kunjungan itu rupanya membuat pejabat Moskow mulai merestorasi masjid dan pusara Imam Bukhari.

Pemerintahan Moskow bekerjasama dan menyerahkan situs-situs bersejarah milik umat Islam, kepada kantor Administrasi Spiritual Muslim Asia Tengah dan Kazakhstan untuk merestorasinya.

Pada tahun 1998, Presiden Uzbekistan, Islam Karimov, mulai membangun kompleks peringatan yang megah dan menyatakan Imam Bukhari sebagai wali intelektual negaranya.

Baca Juga: Soekarno dan Sumbangsih Wanita Kupu-Kupu Malam dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Pusara Bukhari berbentuk prisma segi empat dan berusuk ganda, dihiasi dengan ubin biru. Di tengah halaman terdapat kolam Hauz yang dikenal memiliki khasiat seperti obat yang menyembuhkan penyakit. 

Tak jauh dari pusaranya, terdapat universitas, museum, madrasah, dan masjid, di sekitar kompleks mausoleum. Sampai hari ini, Uzbekistan dikenal di seluruh dunia sebagai tujuan wisata ziarah bagi umat muslim sedunia.

Baca Juga: Pengalaman Bung Karno Nonton Film Kelas Kambing Sampai Film Gedongan