Kesaksian Anak Indekos di Indonesische Club

By Mahandis Yoanata Thamrin, Sabtu, 5 November 2016 | 16:30 WIB

Tampaknya, nasib anak indekos tempo dulu, tak jauh berbeda dengan nasib anak indekos zaman kini. Bagi mereka, setiap akhir bulan adalah masa-masa kritis yang berulang tak berkesudahan.

“Busananya sangat sederhana, mengempit biola yang sudah agak butut.”

Lelaki kurus itu berjalan menuju beranda belakang. Dia “dengan semangat memperdengarkan lagu yang sama berulang-ulang kali,” kenang Soeharto. “...dan kadang-kadang juga menyanyi dengan suara yang agak parau.”

Belakangan, Soeharto mengenalnya sebagai Wage Rudolf Soepratman. Dan, lagu yang berulang kali dimainkannya dengan biola butut itu bertajuk “Indonesia Raya”.