Kematian Massal Burung Disebabkan oleh Laut yang Semakin Panas

By , Sabtu, 19 November 2016 | 10:00 WIB

“Pada tanggal 17 kita mulai melakukan survey pada dua pantai utama dan dengan 40 ekor burung yang mati pada hari pertama,”kata relawan Aaron Lestenkof. “Sejak saat itu, sudah ada sekitar 20 sampai 30 burung mati setiap kita pergi.”

Beberapa ratus burung saat ini telah wash up dan hampir meningkat 200 kali dari jumlah normalnya. Dan sejak pulau St. Paul dan St. George  adalah satu-satunya daratan di sekitarnyam para ilmuwan yaknin mereka hanya menemukan sebagian kecil dari kematian burung ini.

“Dalam 10 tahun pemantauan, kami hanya melihat enam dari jumlah seluruhnya,” kata Julia Parrish, seorang profesor dari University of Washington yang mengkoordinasi jaringan tim relawan. “Saat ini kami telah melihat hampir 250 ekor dalam 20 tahun. Dan pulau-pulau ini adalah pulau yang kecil di tengah-tengah samudera yang besar. Jumlah populasi burung  puffin hanya sebanyak 6.000 burung, dan kami memperkirakan bahwa sentengahnya kemungkinan terpengaruh dampak ini.”

Kata Parrish, burung pemakan ikan mati bukan karena sakit, para ilmuwan tidak menemukan adanya bukti dari penyakit. Hewan-hewan ini mengalami kelaparan. Puffine telah mengalami masalah sebelumnya. Satu tahun setelah pemanasan yang tidak biasa pada 2012, Atlantic Puffins di Teluk Maine mengalami musim reproduksi terburuk yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga tahun ini.

“Jelas bahwa sesuatu yang aneh sedang terjadi,” kata Parrish. “Pada dasarnya setiap tahun kita sering menemukan kematian massal yang besar.Hal ini tampaknya diakibarkan oleh atmosfer, dan perubahan besar pada ekosistem laut. ”

Apa yang menyebabkan Pemanasan itu?

Mantua mengatakan bahwa perilaku aneh di atmosfer membantu penghangatan pada Teluk Alaska terbentuj pada tahun 2013 dan bergeser lagi pada akhir musim semi ini, menyebabkan masa periode hangat diperpanjang di Alaska dari bulan Mei-September.

Kemudian pada bulan Oktober polanya berubah lagi, dengan badai yang signifikan di teluk Alaska. Namun angin pada Bering Sea membawa udara hangat dan air dari selatan.

Para ilmuwan masih bergulat dengan mencoba untuk menentuka berapa banyak perubahan yang mungkin terkait dengan perubahan iklim. Beberapa berpendapat bahwa pencairan es laut telah mempengaruhi aliran jet, yang menjadi lebih goyah. Dan lainnya lagi mengatakan bahwa ini anomali aneh yang berhubungan dengan pemanasan di daerah tropis tapi sebagian besar adalah bagian dari fluktuasi iklim ekstrim yang normal.

Terlepas dari itu, saat ini, para ilmuwan kelautan berencana untuk menghabiskan waktu berlebih di laut untuk menilia apa arti dari semua ini khususnya di wilayah Pasifik utara. “Kami akan kembali dan melakukan beberapa banyak survey, karena kami cukup khawatir,” kata Duffy-Anderson.

Terlepas dari itu, untuk saat ini, para ilmuwan kelautan berencana untuk menghabiskan waktu ekstra di laut, mencoba untuk menilai apa artinya semua ini untuk Pacific-terutama Utara untuk industri perikanan Alaska, yang memasok menangkap setengah bangsa makanan laut.

"Kami akan kembali dan melakukan beberapa lebih survei, karena kami cukup khawatir," kata Duffy-Anderson.