Setengah tahun kemudian, setelah mendapat perawatan di dua rumah sakit, Bruner mendaftar militer kembali. Tugas keduanya membawa ia ke Pulau Aleutian, Filipina, dan Nagasaki, Jepang.
Meskipun masih ada rasa ngeri di Pearl Harbor, situs tersebut tetap menjadi surga baginya. “Menuju ke sana tahun ini untuk bergabung bersama korban Arizona lainnya, ibarat kembali ke rumah lagi. Saya mengenal mereka dengan sangat baik,” katanya.
Ilmu pengetahuan bawah laut
Angkatan Laut AS mengawasi lokasi kejadian hingga 1980. Setelah itu, mereka berbagi tugas dengan Submerged Resource Center (SRC), tim terkemuka dari National Park Service yang beranggotakan para arkeolog dan fotografer bawah laut.
Brett Seymor, wakil kepala SRC sekaligus fotografer, telah menyelam di lokasi selama hampir 20 tahun. Ia menjelaskan, Arizona pertama kali dipetakan pada awal 1980-an. Selama dua dekade berikutnya, SRC melakukan serangkaian penelitian korosi, analisis minyak (Arizona masih mengalami kebocoran minyak 5-8 liter perhari) dan investigasi interior untuk mencari tahu berapa lama badan kapal mungkin bertahan (Beberapa ratus tahun lagi, kata Seymour, berkat kurangnya oksigen yang tak biasa, karat dan korosi).
Proses penafsirkan dan pengelolaan situs dilakukan melalui penelitian, fotografi, dan pemetaan digital dengan menggunakan sonar, fotogrametri, dan laser bawah laut. Tahun lalu, SRC meluncurkan gambar cetak kapal tiga dimensi. Tahun ini, SRC akan menghadiahkan gambar 3D itu kepada Stratton, Bruner dan korban lainnya.
Eksplorasi awal kapal terjadi sebulan setelah serangan Jepang, ketika penyelam Angkatan Laut menyelamatkan senjata dan perangkat keras dari Arizona, serta brankas, buku catatan, dan artileri hidup. Sejak itu, penyelam tidak diizinkan masuk, untuk menghormati prajurit yang dimakamkan di kapal.!break!
Pada 2000, setelah mendapatkan izin dari korban Arizona, SRC mulai mengirimkan alat yang dioperasikan dari jarak jauh ke dalam kapal, termasuk satu alat khusus, yang dioperasikan bersama dengan Woods Hole Oceanographic Institute. Alat ini digunakan untuk membantu menembus celah sempit di kapal.
Pencitraan jarak jauh SRC telah mengungkapkan situs itu penuh benda-benda yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari: panci untuk memasak di dek, barang pecah belah, perangkat makan dari perak, botol kola, dan sol sepatu, di antara serpihan lainnya.
“Bagian yang paling menakjubkan bagi saya adalah Arizona masih di sini. Ketika melihatnya lebih dekat, Anda tak hanya melihat dimana suatu peristiwa terjadi. Anda melihat apa yang terjadi di sana,” ujar Seymour.
“Kapal karam ikonik ini mungkin prasasti paling nyata yang kita punya untuk Perang Dunia II, bukti fisik nyata yang mewakili sebuah peristiwa. Kita tak punya banyak bukti-bukti semacam itu dalam sejarah kita,” tambahnya.
Studi ambisius terbaru tentang sedimen, tanah, air dan oksigen terlarut pada situs tersebut dijadwalkan akan dimulai pada 9 Desember. Tak ada yang tahu apa yang akan muncul, kata Seymour, tetapi ia dan rekan-rekannya di SRC sangat berharap.