75 Tahun Berlalu, Korban Pearl Harbor Telah Memaafkan, Tetapi Tidak Melupakan

By , Kamis, 8 Desember 2016 | 08:00 WIB

Belajar memaafkan

Daniel Martinez, kepala National Park Service yang juga sejarawan Pearl Harbor mengatakan, ada banyak hal yang berubah sejak 1984, ketika ia bekerja di World War II Valor di Pasific National Monument.

“Pada 1991, kami menjadi tuan rumah dari 6.000 korban Pearl Harbor dan keluarga mereka. Tahun ini, kami beruntung mendapatkan 200,” katanya.

Tetapi, perubahan besar itu bukan masalah kuantitas.

“Memorial banyak berubah karena negara juga telah berubah banyak,” kata Martinez.

“Ketika orang yang membangun monumen peringatan memudar, interpretasi dan makna monumen pun terbentuk ulang. Dalam kasus ini, U.S.S. Arizona perlahan berubah dari peringatan perang menjadi peringatan kedamaian,” tuturnya.

Monumen ini diresmikan pada 1962—monumen peringatan nasional pertama untuk PD II. Selama beberapa dekade awal, kata Martinez, ada begitu banyak kemarahan, kepedihan dan kebencian pada apa yang terjadi di Pasifik dengan orang-orang Jepang dan Pearl Harbor.

Pergeseran dari tuduh menuduh menjadi rekonsiliasi dimulai dari 1991. Saat itu, Presiden George H. W. Bush memperingati 50 tahun serangan, berpidato dan mengatakan, “Saya tak punya dendam apa pun di hati saya kepada Jerman atau Jepang—tak ada sama sekali.”

Dilarungkan saat acara peringatan Perang Dunia II pekan ini, rangkaian bunga plumeria berwarna-warni mengapung di laut berminyak dekat situs U.S.S. Arizona. Kapal tempur ini masih mengalami kebocoran minyak 5-8 liter per hari. (David Doubilet/National Geographic)

“Itu adalah saat presiden menasihati para veteran Pasifik, bahwa perang telah berakhir, dan mereka harus melanjutkan hidup yang baru. Ia menghapuskan banyak kemarahan dan memberi kami kemampuan untuk menggunakan kata-katanya sebagai kebijakan. Kata-katanya menjadi cara yang kami lakukan untuk waktu ke depan,”  kata Martinez.

Ketika Presiden Bill Clinton datang pada 1995 pada peringatan ke 50 tahun berakhirnya perang, pidatonya melanjutkan semangat itu. Tahun ini menandai langkah perkembangan berikutnya.

Pada 26 Desember, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan mengunjungi Pearl Harbor bersama Mantan Presiden Obama. Ini menjadi kunjungan pertama pemimpin Jepang untuk mensurvei situs tersebut. Abe juga akan mengajak Presiden AS melakukan perjalanan sejarah ke Hiroshima Mei mendatang.

Martinez mengatakan bahwa semua hal ini menunjukkan peringatan menjadi sebuah ode untuk inklusivitas dan pengalaman bersama.

“Banyak orang yang tak menyadari bahwa peringatan ini tidak hanya untuk U.S.S. Arizona dan awaknya. Ini peringatan untuk semua orang yang terbunuh di Pearl Harbor, termasuk orang-orang Jepang dan 49 masyarakat sipil yang juga menjadi korban,” katanya.

Kuncinya, kata Martinez, adalah mengingat bahwa kita perlu merayakan 70 tahun perdamaian antara Jepang dan Amerika Serikat. Hubungan ini telah membuat kita bergerak maju. Intinya adalah untuk tidak melupakan apa yang terjadi pada tahun 1941. Memaafkan apa yang terjadi saat itu, menunjukkan kebesaran kedua bangsa yang terlibat.

“Kami juga melakukan upacara minum teh ala Jepang dalam peringatan. Layanan doa. Museum kami menjadi tempat penyembuhan. Itu adalah sesuatu yang saya pikir tak akan saya lihat. Tetapi nyatanya itu terjadi,” pungkasnya.