Mengapa Bulan Sering Terlihat Berbeda Ukuran?

By Dok Grid, Selasa, 31 Oktober 2017 | 13:00 WIB
Gambar Hubble bulan November dari Uranus (kiri) menangkap tutup kutub planet yang terang, sedangkan gambar Webb baru-baru ini menampilkan lebih banyak detail, dengan peningkatan kecerahan halus di bagian tengah tutup. (NASA)

Selama ribuan tahun, pemandangan yang cukup membingungkan muncul di langit malam. Kadangkala, bulan raksasa muncul dan melayang-layang tak jauh dari cakrawala, namun ketika bulatan besar tersebut naik di atas kepala, ia menyusut menjadi lebih kecil dari ukurannya biasanya.

Fenomena mengejutkan ini dikenal sebagai ilusi bulan dan peristiwa ini telah diabadikan dengan baik kurang lebih sejak 400 SM. Sudah jelas, sebenarnya ukuran bulan tidak berubah, namun alasan sesungguhnya mengapa bulan tersebut terlihat melebar dan menyusut masih menjadi teka-teki para ilmuwan hingga saat ini.

Berikut adalah beberapa penjelasan tentang ilusi bulan dan misterinya yang belum terpecahkan:

Tipuan Bulan

Kembali pada abad ke-4 SM, filsuf Yunani, Aristoteles, menyebutkan bahwa atmosfer Bumi dapat memperbesar gambaran bulan di cakrawala, seperti halnya dengan air yang dapat membuat objek yang dicelupkan ke dalamnya tampak lebih besar di mata kita.

Astronom Yunani-Mesir, Ptolemy menyebutkan hal yang serupa pada risalahnya yang terkenal, Almagest, yang terbit pada tahun 200 SM. Begitu pula astronom Yunani, Cleomedes, keduanya juga menganggap bahwa tipuan bulan merupakan penyebab fenomena perubahan jarak semu bulan.

Meski demikian, sekarang kita tahu bahwa atmosfer Bumi tidak melakukan "trik" semacam itu. Atmosfer bisa saja mengubah warna bulan, namun semuanya tergantung pada bagaimana partikel pada atmosfer membelokkan dan menyaring cahaya bulan.

Baca juga: Setelah 45 Tahun Apollo, Misi ke Bulan Direncanakan Kembali

Gunakan cara ini

Atur kamera pada tripod dan ambil beberapa gambar bulan besar yang tengah terbit. Saat bulan berada jauh di atas langit, kembalilah dan bandingkan ukuran lingkaran bulan pada kamera anda. Anda akan melihat bahwa tidak ada perbedaan sama sekali.

Atau, jika bulan naik, gulunglah selembar kertas sehingga ketika anda melihatnya melalui gulungan tersebut, kertas tersebut seperti mendekap bulan yang sangat besar. Rekatkan gulungan kertas sesuai ukuran bulan dan gunakan untuk melihat bulan yang sedang terbit. Anda akan mengetahui kalau bulan tidak pernah menyusut atau melebar di dalam lingkaran tersebut.!break!

Semuanya di dalam Kepala Anda

Pada abad ke-11, ahli matematika Arab, Ibn Al-Haytham, mengembangkan teori rasional pertama mengenai bagaimana ilusi bulan terjadi. Teori tersebut menyebutkan perbedaan ukuran terjadi saat otak kita mengindera jarak bulan, dan kemudian kita secara otomatis menyesuaikan ukuran yang terlihat dari objek tersebut.

Al-Haytham menyebutkan ketika bulan berada di atas kepala, kita merasakan bulan menjadi lebih dekat dan karena itu bulan terlihat lebih kecil. Namun ketika bulan naik di atas cakrawala, kita merasa bulan berada lebih jauh dan terlihat lebih besar.

Baca juga: Begini penampakan Bumi dan Bulan dari Mars

Ada satu alasan mengapa cakrawala mungkin memperlihatkan jarak yang lebih jauh dibandingkan saat di atas kepala adalah karena otak kita merasa ukuran “ruang angkasa” sebagai kubah yang rata dibanding bulatan lingkaran yang sempurna. Itu berarti, kita menilai benda-benda langit yang berada di atas kepala kita jauh lebih dekat daripada benda-benda langit di cakrawala.

Pada umumnya, manusia cukup buruk dalam memperkirakan jarak vertikal. Lain waktu saat anda menatap bukit pegunungan, cobalah menebak seberapa tinggi bulan yang naik di atas anda.!break!

Ilusi Ebbinghaus adalah salah satu efek optik yang mungkin bisa membantu menjelaskan ilusi bulan. Dalam ilustrasi ini, lingkaran biru dengan ukuran yang sama persis namun pada sisi kanan tampak lebih besar daripada yang tampak di sebelah kiri. (Peter Hermes Furian, Alamy/National Geographic)

Ada kemungkinan lain berkaitan dengan proses tanda visual yang dapat mengecoh otak kita. Gagasan ini digambarkan dengan baik oleh ilusi Ponzo, yaitu ketika ada dua objek identik yang terlihat memiliki ukuran berbeda karena adanya tanda visual yang berasal dari sekitar mereka.

Baca juga: Ternyata Bulan Mampu Picu Gempa Bumi Besar

Masalahnya, berdasarkan hipotesis jarak nyata yang oleh psikolog Don McCready, disebut "popular but inadequate," bulan cakrawala seharusnya terlihat lebih besar dan jauh. Namun saat orang bertanya, menurut mereka seberapa jauh letak bulan tersebut, mereka menyebutkan bulan cakrawala terlihat lebih besar dan dekat.

Jadi, hal tersebut tidak sepenuhnya berhasil.

!break

Sebuah supermoon terlihat di belakang Colorado State Capitol Building selama gerhana bulan total pada 27 September 2015 di Denver. Kombinasi antar supermoon dan gerhana bulan total terakhir terjadi pada 1982 dan tidak akan terjadi lagi hingga 2033 (Bill Ingalls, NASA via nationalgeographic.com)

Teori Alam Semesta

Gagasan lain yang disebut "hipotesis ukuran relatif", menyebutkan akar ilusi berada di dalam ukuran obyek pada garis horizon dan tanpa rumah, gunung, atau pohon, bulan tidak akan terlihat besar. Gagasan spesifik ini mirip dengan ilusi Ebbinghaus yang terkenal, di mana ia mendemostrasikan dua obyek yang identik dapat terlihat berbeda tergantung pada keadaan sekitarnya.

Gagasan terbaru bahkan menyebutkan penglihatan teropong dapat disebut sebagai pelakunya, disertai otak kita yang mengimbangi posisi bulan di permukaan datar yang letaknya jauh di langit karena ukuran bulan yang terbalik.

Sebenarnya tak ada seorangpun yang setuju dengan apa yang terjadi.

Baca juga: Mungkinkah Bumi Punya Bulan Kedua yang Mengelilinginya?

"Meski ada banyak buku dan ribuan artikel mengenai topik tersebut, masalah ini belum sepenuhnya selesai. Beberapa faktor tampak jelas, namun yang lainnya tidak," ujar Claus-Christian Carbon, salah seorang psikolog di University of Bamberg, Jerman yang juga mempelajari ilusi bulan menggunakan planetarium.

"Yang tempak jelas adalah setiap jenis supermoon, seperti baru-baru ini anda melihat bulan yang nampak lebih besar 14 persen karena kedekatan ekstrim antara bulan ke bumi (paling dekat sejak tahun 1948 silam), terlihat begitu kecil jika dibandingkan dengan ukuran relatif supermoon."

(Sumber: National Geographic)